Di lorong sempit kota penuh liku, Â
Berjalan seorang penjaja doa yang lusuh, Â
Menyeret langkahnya di atas debu kelabu, Â
Menawarkan harapan pada setiap hati yang rapuh.
Doanya dijajakan dalam bisik sunyi, Â
Di antara deru mesin dan riuh rendah suara, Â
Dengan tatapan penuh arti di balik keriput dahi, Â
Ia tawarkan pelipur lara di setiap hembusan udara.
Dengan kantong usang berisi doa-doa suci, Â
Dijinjingnya bagai beban rindu di pundak renta, Â
Setiap langkahnya adalah nyanyian janji, Â