Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekumpulan Detik Sepi

6 Agustus 2024   10:10 Diperbarui: 6 Agustus 2024   10:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di titik ini,

waktu hanyalah sekumpulan detik bagiku  

Ketika hujan kunikmati sendiri, tanpamu; alasan terurainya sepi  

Pada langit, kutitipkan rindu yang tak kunjung usai  

Menyelam di samudra kelabu, mencarimu di antara milyaran tetes air  

Setiap butirnya, adalah kenangan yang tertinggal  

Tanpa hadirmu, aku bagai kapal tanpa haluan, terombang-ambing dalam gelisah  

Senja menyapa dengan warna yang memudar, seiring hari yang berlalu  

Cakrawala menangis dalam diam, mengiringi langkah-langkah kecilku  

Di setiap helai daun gugur, kutemukan jejak bayangmu  

Namun hanya angin yang menjawab, dengan bisikan hampa  

Malam tiba, bersama kerlip bintang yang berpendar sepi  

Bulan menjadi saksi, kesunyian yang tiada bertepi  

Kusandarkan hati pada bayangan rembulan, berharap menemukan hangatmu di sana  

Namun kegelapan hanya menambah luka, memperdalam jurang kerinduan  

Di taman bunga yang pernah kita pijak, warna-warninya kini layu  

Mawar merah berubah pucat, kehilangan sentuhanmu yang lembut  

Di setiap kelopaknya, tertulis kisah yang tak pernah selesai  

Aku terjebak dalam labirin kenangan, mencari jalan keluar yang tak pernah ada  

Setiap pagi yang datang, terasa seperti ribuan tahun tanpamu  

Matahari pun enggan menyinari hari, merasakan kehilangan yang sama  

Aku berjalan dalam bayang-bayang, berharap suatu hari kau kembali  

Menghapus sepi yang memenjara, menyatukan kita dalam waktu yang abadi  

Di titik ini,

waktu masih sekumpulan detik bagiku  

Namun di setiap detiknya, ada harapan yang menyala, meski kecil  

Bahwa suatu hari, di ujung senja atau di pelukan malam,  

Aku akan menemukanmu, dan sepi ini pun akan sirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun