Di negeri ini, janji bertebaran seperti bintang di langit Â
Menyinari gelap, tapi tak pernah terjangkau tangan Â
Dari pemimpin hingga rakyat kecil, suara lantang terdengar Â
Mengumandangkan mimpi dan harapan, seakan besok adalah hari bahagia Â
Kita diajak percaya, pada perubahan yang pasti datang Â
Di balik retorika manis, kita terlena dalam buaian Â
Namun kenyataan tak pernah berubah, hanya angan yang melayang Â
Di atas bumi yang kian gersang, dan rakyat yang menanti dalam kerinduan Â
Para pemimpin berdiri di mimbar, menjanjikan masa depan cerah Â
Namun di balik layar, ada kepentingan yang tak tersurat Â
Ketidakadilan dan kemiskinan masih merajalela Â
Sementara janji manis itu, hanya angin lalu yang berlalu pergi Â
Di pasar, ibu-ibu berdagang dengan senyum lelah Â
Mereka mengais rezeki dari sisa-sisa janji yang terurai Â
Di sudut-sudut kota, anak-anak bermain di jalanan berdebu Â
Tanpa tahu, bahwa masa depan mereka terjalin dalam benang halus janji-janji Â
Negeri janji manis ini, telah menjebak kita dalam mimpi tanpa akhir Â
Kita terbuai dalam angan, namun lupa menapak realita Â
Harapan-harapan besar, kini menjadi beban yang berat Â
Dan janji-janji itu, hanyalah kata-kata kosong yang tak bermakna Â
Apakah kita akan terus terperangkap dalam lingkaran ini? Â
Menggantungkan nasib pada janji yang tak kunjung terpenuhi Â
Ataukah kita bangkit, menggenggam realita dengan tangan sendiri? Â
Mewujudkan mimpi tanpa menunggu janji yang tak pasti Â
Di negeri ini, kita harus belajar berdiri di atas kaki sendiri Â
Membangun masa depan dengan kerja nyata, bukan sekadar kata Â
Janji-janji manis biarlah menjadi pelajaran Â
Bahwa mimpi hanya bisa terwujud dengan usaha dan tindakan Â
Negeri janji manis, semoga suatu hari Â
Menjadi negeri harapan yang sejati Â
Dimana kata dan perbuatan seiring sejalan Â
Mewujudkan mimpi bersama, untuk masa depan yang gemilang Â
Di negeri janji manis, rakyat bersorak sorai,
Saat sang badut bertopeng tampil menari,
Menjanjikan surga dunia, penuh bahagia dan damai,
Meski kenyataan pahit, di balik kata-kata yang berbisik.
Janji-janji berhamburan, bagaikan confetti di udara,
Melekat di telinga rakyat, bagaikan mantra yang memikat,
Tentang pembangunan megah, dan ekonomi yang gemilang,
Meski rakyat kecil terlupa, tertinggal dalam kelam.
Para badut berdasi, beradu akting di panggung sandiwara,
Mempermainkan rakyat dengan janji dan dusta,
Sambil menari di atas penderitaan, dan air mata yang tertumpah,
Membuat rakyat terlena, dalam mimpi indah yang fana.
Â
Rakyat terbelah, terpecah dalam dua kubu,
Membela badut pujaannya, dengan penuh semangat membara,
Tak sadar mereka diperalat, dalam permainan politik kotor,
Yang hanya menguntungkan segelintir orang yang berkuasa.
Kapan rakyat akan sadar, dari mimpi yang membutakan mata?
Kapan mereka akan bangkit, dan melawan penindasan yang nyata?
Saatnya rakyat bersatu, dan membuka tabir kebohongan,
Menuntut keadilan dan kesejahteraan, untuk negeri yang tercinta.
Marilah kita mulai dari diri sendiri, dari langkah kecil yang berarti Â
Menata masa depan dengan tindakan nyata, bukan sekadar janji Â
Negeri ini milik kita, masa depan ada di tangan kita Â
Mari bersama wujudkan harapan, menjadikan negeri ini tempat yang indah dan penuh makna.