Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Jenuh

29 Juli 2024   03:03 Diperbarui: 29 Juli 2024   03:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik dinding waktu yang tak bertepi,

Aku berdiri, terikat dalam kebosanan tak terperi.

Hari-hari berlalu, satu demi satu,

Tak ada perubahan, tak ada hal baru.

Jenuh menyelimuti, meresap ke dalam jiwa,

Membungkus hati dengan kabut duka.

Rutinitas yang monoton, seperti rantai besi,

Mengikat langkah, memenjarakan diri.

Di pagi yang sama, dengan harapan yang pudar,

Aku terjaga, namun semangat tak berkobar.

Kopi yang dulu hangat, kini terasa hambar,

Seperti hidupku yang kian samar.

Langit biru yang dulu menginspirasi,

Kini terasa kelabu, tanpa arti.

Burung-burung berkicau, tapi tak terdengar,

Hanya kesunyian yang memeluk tegar.

Setiap detik yang berlalu, membawa keletihan,

Meninggalkan jejak, rasa bosan tanpa kepastian.

Tak ada gairah, tak ada hasrat,

Hanya kehampaan, seperti padang gersang yang terhampar.

Aku berjalan di antara bayangan dan mimpi,

Mencari makna, mencari jati diri.

Namun, semua tampak sia-sia,

Karena jenuh telah merenggut asa.

Oh, bagaimana aku bisa melawan?

Mengusir jenuh yang begitu menawan.

Mungkin aku butuh udara baru,

Tempat di mana aku bisa merasa sesuatu.

Namun, di balik semua keputusasaan ini,

Aku tahu, ada harapan yang tersembunyi.

Di ujung terowongan yang gelap,

Cahaya kecil yang masih tetap nyala.

Aku harus percaya, harus berani bermimpi,

Bahwa jenuh ini hanya sementara, bukan akhir dari segalanya.

Dengan langkah perlahan, aku akan keluar,

Dari belenggu jenuh yang membakar.

Karena di balik setiap kebosanan,

Ada peluang untuk menemukan kebahagiaan.

Dalam setiap keletihan yang menyakitkan,

Ada kekuatan untuk bangkit dan bertahan.

Jenuh, oh jenuh, kau bukan musuh abadi,

Hanya pengingat, bahwa hidup tak selalu rapi.

Aku akan melangkah, walau terseok-seok,

Menuju hari di mana jenuh tak lagi mengusik.

Kuberjalan menyusuri jalan nan sepi

Kutinggalkan kepenatan

Ya, kepenatan yang sering kali hinggap

Tanpa terasa

Membuatku serasa jenuh

Kududuk menatap tumpukan buku

Kulelah seharian

Mengelus tugas dalam buku

Kejenuhan ya kejenuhan sering kali menghinggapiku

Tanpa kusadar menjadikanku malas 

Namun, kejenuhan harus kulawan

Dengan kutinggalkan beban sesaat dan bebaskan pikiran

Jenuh pergilah engkau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun