Di tepian senja yang perlahan redup, Â
kuintip kenangan lewat celah waktu, Â
kilasan masa lalu datang berdesir, Â
menyentuh hatiku yang mulai layu.
Di jalan berkerikil dan berbatu, Â
langkah-langkah kecil membekas jelas, Â
setiap jejak adalah pelajaran, Â
tentang cinta, harapan, dan luka.
Hari-hari yang berlari cepat, Â
membawa cerita tanpa jeda, Â
kekasih yang pernah singgah sebentar, Â
meninggalkan rindu yang tak berbalas.
Di taman bunga kenangan kita, Â
tercium aroma manis nostalgia, Â
tawa dan tangis bersatu padu, Â
melukis riwayat dalam palung jiwa.
Waktu, oh waktu yang tak pernah diam, Â
kau bawa aku melintasi ruang, Â
dari masa ke masa tanpa henti, Â
menuntunku mencari arti hidup ini.
Di balik jendela masa depan, Â
terlihat harapan yang masih tersisa, Â
meski rapuh dan kadang pudar, Â
namun tetap menyala di ufuk sana.
Aku berdiri di batas waktu, Â
antara kenangan dan impian, Â
menatap jauh ke depan, Â
sambil menggenggam erat pelajaran.
Setiap detik yang terus bergulir, Â
adalah bagian dari perjalanan, Â
di lintasan waktu yang tak bertepi, Â
kujalani dengan tabah dan syukur.
Waktu, oh waktu yang setia, Â
kaulah saksi bisu dari segalanya, Â
mengajarkanku tentang makna hidup, Â
dalam setiap hembusan napas dan detak.
Kini, di persimpangan takdir, Â
aku menghadapmu dengan senyuman, Â
terima kasih untuk segala cerita, Â
yang kau ukir dalam lintasan waktu.
Dalam dekapanmu yang abadi, Â
kutemukan makna keberadaan, Â
bahwa setiap detik adalah anugerah, Â
yang harus kusyukuri dengan sepenuh hati.