namun tangan-tangan licik mencuri mimpi,
menyisakan hanya ilusi.
Langit merah merekah,
seakan memerah karena malu,
menyaksikan kejamnya nasib,
yang tertawa di atas luka-luka.
Di bawah jembatan, di kolong jalan,
manusia-manusia terlupakan,
hidup dalam bayang-bayang gelap,
tertekan oleh himpitan keadaan.
Ironi di bawah langit merah,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!