- **PDI**: 11 kursi
Dengan asumsi sistem pembagian kursi yang proporsional, kita bisa menghitung perkiraan perolehan kursi jika koalisi PDI-Soerjadi dan PPP berhasil mengumpulkan 45.49% suara:
Jumlah kursi yang tersedia adalah 500 kursi. Maka, dengan 45.49% suara, koalisi ini diperkirakan bisa mendapatkan:
- **Koalisi PDI-PPP**: 45.49% dari 500 kursi = 227 kursi
Jika Golkar turun menjadi 40% suara, maka perolehan kursi mereka adalah:
- **Golkar**: 40% dari 500 kursi = 200 kursi
Sisanya akan dibagi antara partai-partai kecil atau independen, namun kita fokus pada perbandingan antara Golkar dan koalisi PDI-PPP.
### Dampak Potensial
Jika koalisi PDI-Soerjadi dan PPP berhasil mengatasi tantangan-tantangan tersebut, dampak potensialnya bisa sangat signifikan. Penggabungan suara dari kedua partai ini bisa mencapai angka yang cukup untuk menyaingi Golkar. Berdasarkan hasil Pemilu 1997, jika kita menggabungkan perolehan suara PPP (22%) dan PDI (3%), total suara mereka bisa mencapai sekitar 25%. Meskipun ini masih di bawah perolehan Golkar, dengan strategi kampanye yang kuat dan mobilisasi pemilih yang lebih efektif, koalisi ini mungkin bisa menarik suara tambahan dari pemilih yang tidak puas dengan Golkar atau yang golput.
### Kesimpulan
Hipotesis bahwa PDI-Soerjadi dan PPP berkoalisi pada Pemilu 1997 dapat mengalahkan Golkar merupakan skenario yang penuh tantangan tetapi juga berpotensi besar. Dalam konteks politik Orde Baru yang sangat terkontrol, upaya semacam ini memerlukan perencanaan yang matang, solidaritas internal yang kuat, dan keberanian untuk menghadapi tekanan dari pemerintah. Meskipun peluang keberhasilan tidak bisa dipastikan, potensi dampaknya terhadap peta politik Indonesia saat itu tentu sangat signifikan. Koalisi ini, jika berhasil, bisa menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju demokratisasi di Indonesia.