---
Di tengah riuh gemuruh beton dan baja, Â
Langkah-langkah tergesa, waktu kian menganga, Â
Mimpi-mimpi terbang tinggi, terjerat dalam ilusi, Â
Menembus debu, asap, dan kebisingan tak bertepi.
Di sudut-sudut sunyi yang terlupakan, Â
Wajah-wajah lelah, harapan terenggut malam, Â
Kehidupan merangkak, dalam bayang-bayang kelam, Â
Menatap langit, bertanya di mana pelangi kelam.
Kemewahan berkilau di etalase kaca, Â
Sementara di trotoar, jiwa-jiwa berkelana, Â
Mencari arti dalam keramaian yang hampa, Â
Tersesat dalam hiruk pikuk, asa yang sia-sia.
Roda ekonomi berputar tanpa henti, Â
Menyisakan jejak peluh dan caci maki, Â
Di balik gedung-gedung, cerita pahit tersimpan, Â
Tentang mereka yang berjuang tanpa kenal ampun.
Namun, di setiap sudut kota ini, Â
Ada seberkas cahaya yang tak mati, Â
Keteguhan hati, meski tertindas dan tersisih, Â
Adalah sajak kehidupan yang takkan pernah letih.
---