Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rintihan Jalanan

25 Juni 2024   19:43 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/marcos6578

Pada hamparan aspal yang tak pernah sepi,

Di tengah deru mesin dan kebisingan tak bertepi,

Terselip suara-suara yang tak pernah henti,

Rintihan jalanan, cerita sepi yang tersembunyi.

Lampu merah yang selalu memberi jeda,

Kepada roda-roda yang lelah berputar tanpa tanya,

Namun di balik kaca mobil yang terjaga,

Ada mata-mata yang menatap tanpa daya.

Rintihan jalanan itu bukan hanya deru mesin,

Bukan sekadar klakson yang memekik melintasi angin,

Itu adalah tangis yang terbungkam dalam diam,

Dari jiwa-jiwa yang hilang dalam keriuhan malam.

Ada seorang tua dengan karung di punggung,

Mengais harapan di antara puing-puing,

Mencari sisa hidup dari yang terbuang,

Di tengah hiruk-pikuk yang terus bergeming.

Di sudut lain, seorang ibu menggandeng anak,

Dengan tangan yang penuh perjuangan, tak pernah menyerah,

Menyusuri trotoar yang keras dan kasar,

Mengajarkan tentang harapan di tengah gelapnya sabar.

Anak-anak kecil yang berlari tanpa alas,

Di atas aspal yang panas, penuh dengan bekas,

Mereka tak punya tempat untuk berlindung,

Hanya ada langit luas yang menjadi payung.

Rintihan jalanan itu adalah nyanyian sunyi,

Dari mereka yang terpinggirkan, tak punya arti,

Di tengah gedung-gedung yang menjulang tinggi,

Di bawah gemerlap kota yang terus bersemi.

Lampu kota yang berkilauan di malam hari,

Tak mampu menyembunyikan rintihan yang terus bernyanyi,

Jalanan yang sesak oleh manusia dan angan,

Menyimpan cerita pahit yang tak pernah terungkapkan.

Di trotoar yang padat dan penuh dengan debu,

Ada jiwa-jiwa yang lelah tanpa henti melaju,

Mereka adalah bayang-bayang yang terabaikan,

Dalam arus kehidupan yang tak pernah melamban.

Oh, jalanan yang penuh rintihan pilu,

Mengapa nasib mereka selalu begitu?

Dalam putaran waktu yang terus berlalu,

Tak adakah harapan yang bisa mereka tuju?

Rintihan jalanan adalah panggilan,

Untuk kita yang hidup dalam kenyamanan,

Mengingatkan kita akan sisi gelap peradaban,

Tentang kemanusiaan yang sering terlupakan.

Rintihan jalanan, simfoni kehidupan,

Menyuarakan luka di balik keramaian,

Semoga ada cahaya di ujung perjalanan,

Untuk mereka yang terlupakan dalam peradaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun