Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Simulasi Perolehan Suara PPP, Golkar, dan PDI di Pemilu 1997 Jika Zero Kecurangan dan Intimidasi

20 Juni 2024   17:15 Diperbarui: 20 Juni 2024   17:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.id/baca/foto/2023/11/28/arsip-foto-kompas-kilas-balik-kampanye-pemilu-dari-waktu-ke-waktu

2. **Golongan Karya (Golkar)**: Meskipun tanpa kecurangan dan intimidasi, Golkar masih memiliki jaringan yang kuat di berbagai lapisan masyarakat, terutama di pedesaan dan di kalangan birokrasi. Golkar diperkirakan akan mendapatkan sekitar 35-40% hingga 45% suara nasional. Golkar akan dominan di daerah-daerah yang lebih terpencil dan memiliki basis dukungan tradisional di Jawa Tengah, Sulawesi, dan Kalimantan.

3. **Partai Demokrasi Indonesia (PDI)**: Meskipun mendapat dukungan dari pemerintah, PDI masih menghadapi tantangan dari fraksi lain dalam tubuh PDI dan dari partai oposisi lainnya. PDI diperkirakan akan mendapatkan sekitar 20-25% suara nasional, dengan basis dukungan yang signifikan di kota-kota besar dan daerah yang menginginkan perubahan politik, seperti Jakarta, Bali, dan beberapa wilayah di Jawa Timur.

## Kesimpulan

Simulasi ini menunjukkan bahwa dalam kondisi tanpa kecurangan dan intimidasi, perolehan suara masing-masing partai dalam Pemilu 1997 akan lebih mencerminkan preferensi politik rakyat Indonesia yang sebenarnya. Golkar masih akan menjadi partai dominan, tetapi dengan margin yang lebih kecil dibandingkan hasil resmi pemilu pada masa itu. PPP dan PDI Soerjadi juga akan mendapatkan porsi suara yang lebih signifikan, mencerminkan dukungan nyata dari basis pemilih mereka masing-masing.

Namun, penting untuk diingat bahwa hasil simulasi ini didasarkan pada asumsi-asumsi ideal yang mungkin berbeda dengan kenyataan politik pada masa itu. Meskipun demikian, simulasi ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana dinamika politik Indonesia mungkin berkembang dalam kondisi yang lebih adil dan demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun