Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Student Loan: Bukti Merajalelanya Komersialisasi Pendidikan

20 Juni 2024   12:25 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:49 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketergantungan pada pinjaman mahasiswa memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan mahasiswa dan lulusan. Pertama, beban utang yang tinggi seringkali menyebabkan stres dan tekanan psikologis. Banyak mahasiswa yang harus bekerja paruh waktu atau bahkan penuh waktu untuk membayar biaya hidup dan pinjaman, yang akhirnya mengganggu fokus mereka pada studi.

Kedua, lulusan yang terjerat utang cenderung mengambil pekerjaan apa saja yang tersedia, meskipun tidak sesuai dengan bidang studi atau minat mereka, hanya demi segera melunasi utang. Hal ini tidak hanya merugikan individu tersebut, tetapi juga merugikan negara karena potensi mereka tidak termanfaatkan secara optimal.

### Solusi Berbasis Marhaenisme

Mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai Marhaenisme. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1. **Pendidikan Gratis dan Berkualitas**: Negara harus berkomitmen untuk menyediakan pendidikan tinggi gratis atau dengan biaya yang sangat terjangkau bagi seluruh rakyat. Hal ini dapat dicapai melalui pengalokasian anggaran yang lebih besar untuk sektor pendidikan dan pengurangan anggaran pada sektor-sektor yang kurang prioritas.

2. **Beasiswa dan Bantuan Pendidikan**: Perluasan program beasiswa dan bantuan pendidikan bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu dapat mengurangi ketergantungan pada pinjaman mahasiswa. Beasiswa ini harus mencakup biaya hidup dan biaya kuliah secara penuh.

3. **Pengawasan dan Regulasi yang Ketat**: Pemerintah harus memberlakukan regulasi yang ketat terhadap lembaga penyedia pinjaman mahasiswa untuk memastikan tidak ada praktik eksploitasi dan penetapan bunga yang memberatkan.

4. **Pengembangan Pendidikan Vokasi**: Selain pendidikan akademik, pendidikan vokasi juga perlu dikembangkan untuk memberikan keterampilan praktis yang siap pakai di dunia kerja, sehingga lulusan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang layak.

### Kesimpulan

Fenomena student loan adalah cerminan nyata dari komersialisasi pendidikan yang semakin merajalela. Dalam pandangan Marhaenisme, hal ini bertentangan dengan prinsip dasar keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perlu ada perubahan fundamental dalam sistem pendidikan kita agar dapat menjamin akses yang adil dan merata bagi seluruh rakyat. Dengan mengembalikan pendidikan ke tangan rakyat dan menjadikannya sebagai hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara, kita dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang sejati: pendidikan untuk semua, tanpa diskriminasi dan tanpa beban utang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun