Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Marhaenis Nahdliyyin: Menggerakkan Nahdlatul Ulama Menuju Progresivitas-Revolusioner dengan Semangat Islam Nusantara dan Marhaenisme Bung Karno

22 Mei 2024   05:06 Diperbarui: 22 Mei 2024   05:11 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/nu_online

**Pengantar**

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia memiliki peran penting dalam mengawal perkembangan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Di tengah tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, muncul kebutuhan untuk memperkuat posisi NU sebagai agen perubahan yang progresif dan revolusioner. Dalam konteks ini, konsep Marhaenis Nahdliyyin muncul sebagai suatu upaya untuk memadukan semangat Islam Nusantara dan Marhaenisme Bung Karno demi mencapai tujuan tersebut.

**Latar Belakang Marhaenis Nahdliyyin**

Marhaenis Nahdliyyin merupakan gerakan yang mengkombinasikan dua tradisi besar Indonesia: Islam Nusantara yang diusung oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Marhaenisme yang dipopulerkan oleh Bung Karno. Islam Nusantara merupakan pendekatan Islam yang menghargai kearifan lokal dan kebudayaan Indonesia, sementara Marhaenisme berfokus pada perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan ekonomi serta memperjuangkan kedaulatan rakyat.

**Nilai-Nilai Islam Nusantara dalam NU**

1. **Moderasi dan Toleransi**: Islam Nusantara menekankan moderasi (tawassuth) dan toleransi (tasamuh), yang menjadikan NU sebagai organisasi yang inklusif dan mampu merangkul berbagai kalangan.

2. **Penghargaan Terhadap Kearifan Lokal**: NU menghargai dan melestarikan tradisi-tradisi lokal yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, menjadikannya sebagai identitas yang khas dan unik.

3. **Pendidikan dan Dakwah**: NU berperan besar dalam penyebaran pendidikan Islam yang rahmatan lil alamin, melalui pesantren dan lembaga pendidikan lainnya.

**Marhaenisme Bung Karno**

1. **Anti-Kolonialisme dan Anti-Imperialisme**: Marhaenisme menolak segala bentuk penjajahan dan dominasi asing, mendukung kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia.

2. **Keadilan Sosial**: Marhaenisme menekankan pentingnya keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang merata, menghapus kesenjangan antara kaya dan miskin.

3. **Pembangunan Nasional yang Berkeadilan**: Bung Karno mengadvokasi pembangunan yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kesejahteraan sosial rakyat.

**Mengintegrasikan Islam Nusantara dan Marhaenisme dalam Gerakan NU**

1. **Penguatan Pendidikan dan Dakwah Revolusioner**: NU harus mengintegrasikan nilai-nilai Marhaenisme dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan dakwahnya. Ini bisa dilakukan dengan mengajarkan sejarah perjuangan anti-kolonial dan prinsip-prinsip keadilan sosial.

2. **Advokasi Sosial dan Ekonomi**: NU perlu lebih aktif dalam advokasi kebijakan sosial dan ekonomi yang berpihak kepada kaum marhaen, termasuk petani, buruh, dan masyarakat miskin.

3. **Kemandirian Ekonomi Umat**: Mengembangkan program-program pemberdayaan ekonomi yang mandiri, seperti koperasi dan usaha kecil menengah, sesuai dengan semangat ekonomi kerakyatan yang diusung Marhaenisme.

4. **Kepemimpinan yang Inklusif dan Partisipatif**: Memastikan bahwa kepemimpinan NU di berbagai tingkat mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi partisipatif dan inklusif, serta berorientasi pada kepentingan rakyat banyak.

**Tantangan dan Peluang**

**Tantangan**:

1. **Resistensi Internal**: Sebagian kalangan di dalam NU mungkin merasa bahwa mengintegrasikan Marhaenisme akan mengubah identitas organisasi yang sudah terbangun.

2. **Polarisasi Politik**: Kondisi politik Indonesia yang seringkali terpolarisasi dapat menghambat upaya untuk mengedepankan agenda progresif-revolusioner.

3. **Globalisasi dan Modernisasi**: Tantangan globalisasi dan modernisasi dapat menggerus nilai-nilai lokal dan tradisional yang dijunjung tinggi oleh NU.

**Peluang**:

1. **Dukungan Generasi Muda**: Generasi muda NU yang terdidik dan melek teknologi dapat menjadi penggerak utama dalam mewujudkan visi Marhaenis Nahdliyyin.

2. **Kerjasama dengan Organisasi Sosial Lain**: Kemitraan dengan organisasi sosial lainnya yang memiliki visi yang sejalan dapat memperkuat gerakan ini.

3. **Pemanfaatan Media Sosial**: Media sosial bisa digunakan sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan ide-ide progresif dan mobilisasi massa.

**Kesimpulan**

Marhaenis Nahdliyyin menawarkan sebuah jalan baru bagi NU untuk tetap relevan dan berdaya di era modern ini. Dengan memadukan semangat Islam Nusantara dan Marhaenisme Bung Karno, NU dapat menjadi kekuatan progresif-revolusioner yang mampu mengatasi tantangan zaman dan memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Langkah ini tidak hanya akan memperkuat posisi NU sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang signifikan di kancah nasional dan internasional. Karena Dari Marhaenisme, Lahirlah Dasar Negara Kita: PANCASILA...

MARHAENISME IS PANCASILA, PANCASILA IS MARHAENISME!

YUDYA PRATIDINA MARHAENIS!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun