gunung
Ketungkul ngumbar gagasan
Satemah ginowo ngimpi
Didalam batin alam piker terjadi dialektika. Sardi Blenthot duduk sambal bersimpuh. Mendengarkan dawuh Simbah wanaguna. Tampak serius tenanan, olehe Sardi Blenthot nggatekke dawuh sang resi. Halirtu sepaket dengan apa yang dialami Sardi Blenthot saat ngaji dengan professor dari UGM pada masa pra milenial.
Sardi Blenthot pernah ngaji, kepada professor doctor Damarjati Supajar, penasehat spiritual dari sri sultan hamengkubuwono. Bahwa kupat itu tinggalan dari kanjeng Sunan Kalijaga. beliau adalah Ulama yang pertama kali memperkenalkan ketupat kepada masyarakat Jawa.
Ini dia nasehat dan dawuh Mbah Wanaguna. Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan spiritual. Jadi laku adalah tindakan spiritual. Bisa juga diartikan sebagai Ngaku Lepat. Lebar, Lebur, Luber, Labur. Ketika lebaran ada tradisi sungkeman.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Jadi kalau sesuai ajaran agama islam, seusai idul fitri maka tradisi di daerah Sardi Blenthot ada tradisi mider. Muter dari rumah ke rumah. Selama tujuh hari. Dimulai dari hari pertama satu syawal sampai kemudian tanggal tujuh dipuncaki dengan bada kupat.
Lebar. Artinya Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Luber. Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah. Â Lebur. Â Sudah habis dan lebur.
Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Labur. Â Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Dalam Bahasa daerah disebut juga injet. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.