Ardian meringsut di depan Sofia. "Maafkan aku Sofia, Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu"
Sofia segera bergegas melangkahkan kakinya meninggalkan Ardian. Laki-laki itu mencoba menahannya, tapi kali ini Sofia terlalu kuat. Sofia berlari, sambil menahan isaknya, meninggalkan rumah Ardian.
Malam itu, menggunakan mobil Ardian yang terparkir di garasi dia menuju ke tempat kontrakanku. Dia injak pedal gas mobil dengan kuat, hingga mobil itu melaju dengan cepat. Melintasi jalanan yang malam itu masih ramai.
Sampailah Sofia di rumah kontrakanku. Namun rumah itu gelap, tak berpenghuni. Dia mengetuk pintu rumah itu, berkali-kali, namun tak kunjung ada jawaban . Dia coba menghubungi nomor handphonku, tapi memang kebetulan sedang tidak aktif.
Seorang Ibu-ibu penghuni rumah sebelah kontrakanku, kebetulan keluar rumah. Dia melihat Sofia sedang mengetuk pintu kontrakan itu, segera dia menghampiri Sofia. Kepadanya, ibu-ibu itu mengatakan "Hans telah pindah dari kontrakan itu, katanya, mulai hari ini Hands akan pulang ke kampung halamannya. Dan saat ini mungkin sedang berada di stasiun kereta."
Tidak berlama-lama, Sofia segera pamit. Dia langsung menuju ke stasiun. Jalanan masih ramai, banyak kendaraan lalu lalang di jalanan, tapi Sofia, tetap menginjak gas mobil yang dikendarainya lebih dalam.
Sampailah Sofia di stasiun kereta. Dia segera berlari menuju ke tempat penumpang. Di depan ada petugas yang memeriksa identitas dan tiket penumpang. Sofia tertahan, dia tidak boleh masuk oleh petugas. Dia bukan penumpang, tidak membawa kartu identitas maupun tiket kereta.
Sofia terus memaksa. Dia menyampaikan, minta waktu sebentar saja untuk bertemu seseorang. Tapi, petugas itu sangat disiplin. Dia tetap tidak mengizinkan Sofia masuk. Kali ini Sofia memaksa, dengan mendorongkan tubuhny ke arah pintu masuk. Namun petugas itu terlalu kuat pertahanannya.
Hingga terjadi adu mulut, antara Sofia dan petugas stasiun. Semua pandangan para penumpang tertuju pada keramaian itu, demikian juga Aku. Dia memperhatikan keributan itu dari tempat duduk penumpang. Sofia seperti memberi kode, dia meneriakkan "Hans... Hans... ini aku Sofia." Tubuhnya sambil di tahan petugas.
Aku segera berdiri. Aku seperti mendengar ada suara yang memanggilku. Suara yang tak asing di telingaku. Ketika aku melihat ke arah keramaian itu, benar saja. "Bukankah itu Sofia" pikirku. Aku kemudian berlari ke arah Sofia. "Sofia.... Sofia....." Suaranya, membuat petugas kehilanga pertahanannya. Sofia terlepas, dan berlari menuju kepadaku.
Kami bertemu dalam haru, Sofia langsung memeluk tubuhku. Dia menangis sejadinya. Tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya, apalagi petugas yang tadi menghalanginya.