Lantas, masih pantaskah Ardian kusebut sebagai sahabat. Nyata-nyata dia menganggapku sebagai saingannya. Ternyata, sudah lama dia menganggapku seperti itu. Bahkan, Sofia yang dulu adalah kekasihku, pun akan dia nikahi. Tidakkah dia memperhatikan hati sahabatnya ini?
Aku coba untuk menguatkan hatiku. Meski remuk, tapi janji adalah sesuatu yang harus aku penuhi. Termasuk berjanji untuk menyaksikan pernikahan Ardian.
Beberapa bulan kemudian, pesta itu benar-benar terjadi. Pesta pernikahan Sofia dengan Ardian. Pesta yang akan membuat semua orang berbusana terbaiknya, dengan pasangannya, penuh tawa dan kebahagiaan. Tapi, mungkin tidak denganku.
Di rumah itu, ada tenda besar berwarna putih. Janur kuning, melengkung di depannya. Berjejer wanita-wanita cantik berbusana adat jawa. Penuh senyum dan tawa, mereka bersiap menyambut kedatangan para tamu undangan.
Tamu-tamu itu telah datang. Mereka menempati kursi berlapiskan kain berwarna putih yang telah di susun rapi berjajar. Mereka nampak cantik dan tampan. Mereka adalah sanak saudara dan teman. Namun aku tidak melihat Lidya. Iya, bukankah dia juga teman Ardian. Tapi kenapa dia tidak hadir di hari bahagianya.
Musik beralunan lembut menyambut kedatangan kedua mempelai. Semua mata tertuju kepada dua orang yang akan saling berikat janji. Aku terus memperhatikan wajah Sofia. Tak seperti dulu, seperti ada beban yang dia tahan. Senyumnya yang indah hanya terlihat sesekali.
Aku terus memandanginya dari balik tempat duduk tamu undangan. Hingga ijab kabul di lakukan di depan penghulu. Nyawaku seperti mau melayang, aku tak berani memandang. Air mataku, sekuat tenaga aku tahan. Aku tak mau orang-orang melihatku dengan kondisi seperti itu di pesta yang penuh kebahagiaan. Aku tidak mau merusak pesta itu.
Aku benar-benar tidak kuat mendengarkan ikat janji setia itu. Aku lebih memilih untuk menutup telingaku. Hingga acara ijab kabul itu dapat di lalui Ardian dan Sofia dengan sempurna. Mereka telah sah, menjadi pasangan suami istri.
Mereka berdua duduk dipelaminan. Sofia sangat cantik sekali dengan gaun putih yang dia kenakan. Dia tidak tahu keberadaanku. Sofia juga tidak mengabariku bahwa dia akan menikah dengan Ardian.
Semua orang menyalami kedua mempelai. Memberikan ucapan selamat menempuh hidup baru. Ku kuatkan hatiku, aku melangkahkan kaki yang terasa sangat berat ini untuk memberikan selamat seperti yang lainnya.
Sofia terperanjat melihat kehadiranku. Bibir indah itu hampir saja terbuka untukku, namun genggaman erat tangan Ardian membuatnya untuk mengurungkannya. Aku tahu dia gusar melihatku, walau bagaimanapun ada banyak kisah antara aku dengannya yang tak mudah begitu saja dilupakan.