Bukan sulap dan bukan sihir. Hampir setiap hari saya naik mobil mulai mobil angkutan umum maupun mobil pribadi, maksudnya milik pribadi orang lain atau sendiri. Saya pernah menjajal mobil 4WD maupun SUV yang kesan gagah sangat cocok untuk blogger macho seperti saya (#jangansensi). Di lain waktu saya kerap menjajal sedan dengan suspensinya yang sangat nyaman dan bisa curi-curi tidur sebelum sampai ditujuan.
Tapi, ada sebuah pertanyaan kecil yang mengusik tiba-tiba, mobil merk apa yang pertama kali saya coba? Pertanyaan ini gara-gara ada sebuah kegiatan yang dipublikasikan Kompasiana tentang kunjungan ke PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Sambil mendaftar untuk turut serta dalam kegiatan tersebut saya pun samar-samar mulai mengingatnya. Mobil itu bermerek Kijang, di tahun 80-an, dan berpelat merah.
Ya, saya adalah anak seorang pegawai pemerintah alias PNS. Ayah saya yang saat ini sudah pensiun dulu bekerja sebagai PNS yang ada di salah satu kantor walikota di Jakarta. Sebagai pegawai ia mendapatkan pinjaman berupa mobil dan mobil itu bermerek Kijang. Warna saya ingat lagi sepertinya warna hijau seperti tidak jauh berbeda dengan warna pagar rumah saya ketika kecil dulu.
Waktu itu saya baru saja pulang sekolah di SD Negeri dan selalu jalan kaki karena jarak rumah-sekolah cukup dekat. Saya cukup terkejut melihat ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumah. O, paling mobil tetangga, kata saya membatin. Wajarlah saya bergumam begitu, kehidupan keluarga saya tidak terlalu ‘mujur’ dibanding dengan keluarga lain di sekitar rumah yang waktu itu terbilang kaya dan kaya banget.
Namun, belakangan saya baru mengetahui bahwa mobil Kijang berpelat merah itu adalah mobil dinas yang dipinjaman kantor ayah saya untuk operasional kerja sehari-hari. Jadi setiap sore jelang pagi mobil itu terparkir di depan rumah kami yang bertype 36 itu.
Tak sampai sepekan di hari libur, ayah tiba-tiba membangunkan saya dan mengajak saya jalan-jalan. Aih… bayangkanlah seorang anak SD umur 8 tahunan yang sangat bahagia sekali diajak ayah jalan-jalan mengendarai mobil ‘pribadi’ (baca: pinjaman kantor). Aktivitas dengan mobil Kijang berwarna hijau itu menjadi semacam rutinitas keluarga kami mulai dari liburan, mengunjungi saudara-saudara, atau sekadar berputar-putar di kala malam minggu.
Sampai suatu saat, saya tidak lagi melihat mobil tersebut terparkir di rumah. Saya sempat bertanya-tanya ketika ayah saya pulang hanya mengendarai motor. Sebagai anak kecil pikiran saya singkat saja, mungkin mobil sedang di bengkel. Jujur, waktu itu saya tidak sekalipun paham makna pelat merah terkait kewajiban dan hak pegawai yang memakainya. Tapi, berhari, berminggu, bahkan berbulan saya tetap saja melihat tak ada lagi Kijang hijau terparkir di depan rumah.
Dan… saya pun merindukan kebersamaan kami di dalam mobil itu.
Kenangan itu kembali terlintas di benak saya ketika saya dan Kompasianer lain memasuki kawasan pabrik TMMIN di Sunter, Rabu, 10 Juni 2015 lalu. Kenangan itu semakin jelas terlintas ketika saya melihat gambar-gambar mobil yang diproduksi pabrik ini sejak 40 tahun lalu di Indonesia. Ya, di situ ada mobil Kijang yang sepertinya persis dengan mobil dinas ayah saya yang seorang PNS itu.
Cukup beruntung saya bisa mengunjungi pabrik milik Toyota yang telah hadir di Indonesia sejak lebih dari 40 tahun dan merupakan pionir di industri otomotif. Menurut Manager Eksekutif Pabrik Toermudi bahwa Toyota Indonesia direpresentasikan oleh dua perusahaan yaitu Toyota Astra Motor selaku distributor mobil Toyota di Indonesia, dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (atau disingkat TMMIN) selaku manufaktur dan eksportir kendaraan utuh, mesin, komponen dan dies & jigs.
TMMIN itu sendiri beroperasi dengan empat pabrik yang tersebar di Sunter dan Karawang yang masing-masing terdiri dari dua pabrik. Saya dan Kompasianer lain kali ini berkunjung ke Pabrik Sunter 1yang memproduksi mesin, komponen dan dies & jigs.