Dalam buku itu diceritakan bagaimana proses Ali Imron akhirnya sadar, bahwa yang dilakukannya itu salah. Saat mendekam di rumah tahanan Polda Bali, ia sering merenung. Ia selalu berpikir dan bertanya, apakah yang dilakukannya itu benar-benar sebuah jalan jihad atau justru itu sebuah kejahatan.
" Ku pikir aku harus mengkaji untuk mengkoreksi tindakan pengeboman itu," Â begitu kata Ali Imron di buku," Ketika Nurani Bicara."
Dari proses perenungan itulah, Ali Imron pun akhirnya menyimpulkan bahwa yang dilakukannya bukan jihad.
" Kesalahan kami adalah melanggar adab jihad yaitu tidak adanya penyampaian dakwah dan peringatan terlebih dahulu," tulis Ali Imron di buku tersebut.
Di muka persidangan, dengan lirih Ali Imron menyatakan menyesal, dan merasa sangat bersalah ikut serta dalam teror yang banyak menelan korban jiwa tersebut.
" Sebagai manusia biasa penyesalan itu tentu saja ada, namun perasaaan itu tidak saya sampaikan pada siapa-siapa. Sekarang baru saya sampaikan," demikian pengakuan penyesalan yang diucapkan Ali Imron di muka persidangan seperti yang di rekam buku," Ketika Nurani Bicara."
Bahkan, Ali sempat meminta maaf kepada korban dan keluarganya, ketika mereka dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan. Â Ali makin merasa bersalah, ketika salah satu korban yang dihadirkan mengalami cacat seumur hidup.
" Saya minta maaf telah membuat saudara saksi harus mengalami luka-luka, bahkan cacat seumur hidup. Saya, saya minta maaf. Mohon maaf sebesar-besarnya," ujar Ali dengan lirih.
Karena sikapnya itu, Ali dimusuhi dua saudara kandungnya, Amrozi dan Mukhlas. Ali juga dimusuhi Imam Samudera. Di buku itu pula, diceritakan peran dari Dr Azahari, salah satu peracik bom yang akhir tewas di Malang, Jawa Timur. Teroris dari negeri jiran itulah yang meracik bom mobil dan bom rompi yang digunakan untuk meledakan Paddy's Pub dan Sari Club.
Ternyata, dalam buku itu terungkap, aksi bom Bali nyaris gagal. Saat itu, ketika sedang meracik bom, sempat terjadi insiden. Bom yang  sedang diracik, sempat meledak, hingga mengagetkan para tetangga sekitar rumah kontrakan yang disewa kelompok teror tersebut.
Tapi mereka bisa mengelabui warga sekitar kontrakan. Warga sekitar, sebenarnya sempat mendatangi rumah kontrakan itu, begitu mendengar bunyi ledakan. Namun, para pentolan bom Bali itu, bisa menyakinkan warga, bahwa ledakan itu bukanlah bom.