Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kisah Seorang Camat, Bekerja di Bawah Todongan Parang

10 September 2015   22:12 Diperbarui: 11 September 2015   03:14 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi kata Akbar, jangan melihat pemerintahan dalam kondisi normal, apalagi semata melihatnya dari kaca mata Jakarta, yang semuanya memang tersedia dengan fasilitas lengkap. Coba kata dia, tengok ke daerah pedalaman.

" Tengok ke perbatasan, ke daerah terpencil yang minim fasilitas. Jakarta enak, banyak duitnya. Daerah lain, apa semua seperti Jakarta, banyak duit. Banyak yang minim. Jadi janganlah, semua bisa dianggap gampang diselesaikan, di gaji gede selesai. Di daerah bisa enggak. Kan banyak yang masih minim, " katanya.

Akbar yang sudah bergelar doktor dari Universitas Indonesia, menambahkan, andaipun ia mau hidup mapan, sebenarnya bisa saja. Dan ia pernah merasakan penghasilan besar, ketika dia sedang menempuh gelar doktornya. Saat itu, sambil kuliah dia ditawari NGO Jepang untuk jadi konsultan dari program yang sedang dikerjakan di Indonesia.

" Saya pernah kerja di NGO Jepang, sehari dapat honor 500 ribu. Sebulan saya dapat 15 juta itu," katanya.

Namun selepas ia dapat gelar doktor, seniornya waktu di IPDN, Bahtiar, meminta dia kembali mengabdikan diri ke pemerintahan. " Kembalilah dinda, negara masih memerlukanmu. Pesan itu sadarkan saya," ujarnya.

Ia sendiri sebagai Kasubdit, gaji pokok hanya 4 juta rupiah. Gajinya ini hanya sedikit lebih besar dari petugas kebersihan di DKI Jakarta, yang bergaji 3 juta rupiah. Di DKI Jakarta, hampir seluruh kegiatan pemerintahan digerakan dengan uang. Tapi di Indonesia, ada 514 kabupaten dan 6000 kecamatan. Dan tak semuanya didukung fasilitas lengkap. Banyak yang minus.  Jadi masih banyak kegiatan pemerintahan dilakukan hanya dengan semangat pengabdian.   " Apa mau orang swasta yang tadinya gaji besar bekerja di sini. Berangkat pagi, bahkan sampai larut malam belum pulang", kata Akbar.

Namun kata Akbar, meski ia dengan penghasilan yang jauh lebih kecil dari kalangan swasta, tetap semangat bekerja. Apalagi bila ikut andil menyusun sebuah regulasi yang berdampak pada publik. Kebanggaan itulah yang tak bisa diukur dengan uang. " Setidaknya, kalau saya meninggal, ada yang saya perbuat bermanfaat bagi orang banyak," katanya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun