Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prioritas dalam Memilih Pasangan Hidup

27 Mei 2021   14:49 Diperbarui: 27 Mei 2021   15:19 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi akad nikah sebagai bagian momen terpenting dalam pernikahan (mininews.id)

Ketika memilih pasangan hidup, siapa saja tentu ingin memperoleh seseorang yang paling sempurna keadaannya. Baik itu ditimbang dari segi bobot, bibit maupun bebet-nya jika itu ditinjau dari falsafah yang biasa dipedomani oleh masyarakat Jawa.

Hal demikian tentu tidak salah jika kita menimbang bahwa siapa saja tentu mengharap yang terbaik bagi diri mereka dalam memilih pasangan tersebut. Harapannya adalah barangkali dengan memilih pasangan yang terbaik tersebut akan menjadi pengantar kebahagiaan mereka baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak.

Senada dengan anggapan tersebut, Baginda Nabi Muhammad SAW pernah berpesan:

Tunkahu al-mar`atu liarba'in: limaalihaa wa lihasabihaa wa lijamaalihaa wa lidiinihaa fadzfar bidzaati ad-diin taribat yadaak. (Muttafaqun 'alaih)

"Wanita itu dinikahi karena empat alasan. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah diantara mereka yang baik agamanya, agar kamu mendapat keselamatan." (HR Bukhari Muslim)

Saya mohon dengan sangat agar penjelasan dalam hadits tersebut tidak hanya dipahami dengan satu sudut pandang saja. Dalam artian, meski dalam hadits tersebut serasa yang diperintahkan adalah pihak laki-laki saja akan tetapi maksud sebenarnya dari pesan Baginda Nabi tersebut juga diperuntukkan bagi pihak perempuan.

Hal ini dikarenakan pihak wanita pun berkesempatan untuk memilih calon suaminya dengan mempertimbangkan salah satu atau keseluruhan dari empat hal tadi. Pada umumnya, siapa saja pasti berkeinginan untuk dapat mengumpulkan empat jenis kebaikan yang mungkin melekat pada jodoh yang akan mereka pilih. Baik itu dari aspek kekayaan, nasab dari keluarga yang terpandang, keindahan fisik dari calon pasangan, maupun kebaikan mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama. Baik dari pihak laki-laki maupun perempuan tentu mendamba keadaan pasangan hidup yang demikian.

Akan tetapi, kita sepatutnya juga menyadari bahwa untuk dapat menemukan keempat kelebihan tersebut pada sesosok manusia tentu bukanlah perkara yang gampang. Mungkin saja ada sesosok manusia yang memiliki keempat kelengkapan itu, akan tetapi belum tentu ia adalah jodoh yang tepat bagi kita. Pemahaman mudahnya, kita sudah klik dengannya, akan tetapi dia tidak cocok dengan kita.

Oleh sebab itu, supaya manusia tidak terlalu sulit ketika berupaya untuk mencari jodoh tersebut---karena alasan harus mengumpulkan empat faktor kelebihan tadi, maka sebaiknya kita memfokuskan memilih jodoh tersebut berdasarkan kebaikan agama yang dimiliki oleh seseorang.

Mereka yang kita pilih sebagai pendamping hidup adalah yang baik dalam pemahaman agamanya dan yang baik dalam pengamalan beragamanya.

Sebab ketika kita telah memperoleh pasangan yang demikian manakala kita tidak mendapat kesempurnaan penampilan, status sosial maupun kekayaan finansial pada pasangan kita, setidaknya kita masih berpeluang memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup dengan adanya kebaikan akhlaq dan keimanan yang ia sandang.

Maka dari itu, jika kita bisa mendapat keempat kebaikan itu pada calon pasangan kita, ya syukur alhamdulillah. Akan tetapi, jika kita belum mampu mengumpulkan semuanya sebaiknya kita pun tidak perlu berputus asa. Sebab kita masih bisa fokus untuk mencari calon pendamping hidup yang lain yang memiliki kebaikan perilaku beragama yang ia miliki.

Akan tetapi, di masa sekarang sepertinya sudah sangat langka kita dapat menemukan pihak yang memandang seorang pasangan atau calon menantu dari faktor agama saja ini. Kebanyakan yang dapat kita temukan dari mereka adalah yang senantiasa mempertimbangkan bahwa dalam berumah tangga tentunya membutuhkan biaya hidup. Mulai dari proses lamaran hingga akad nikah saja sudah mengeluarkan biaya. Dan belum lagi biaya yang akan dikeluarkan ketika sudah menjalani peran sebagai suami isteri.

Demikianlah yang mungkin saja menjadi pertimbangan bagi kebanyakan orang. Sehingga para orang tua pun tidak ketinggalan bingungnya ketika harus mencari menantu untuk anak-anak mereka. Kalau bisa mereka mencari menantu yang mapan dari segi perekonomian agar nasib anak-anak mereka kelak lebih terjamin dan tidak merepotkan mereka di masa senja.

Sebenarnya boleh-boleh saja bersikap demikian. Akan tetapi, kita sebaiknya juga harus mempertimbangkan faktor lain yakni semakin tingginya risiko yang bakal diterima jika masih saja bersikukuh pada cara pandang demikian.

Sebab, tentu saja semakin tinggi kriteria jodoh yang akan dipilih maka akan semakin langka pilihannya. Belum lagi upaya untuk mencocokkan mereka dengan putera atau puteri mereka yang juga belum tentu bisa langsung sekali jadi.

Dengan demikian, maka sudah pasti risiko berikutnya yang bakal muncul adalah waktu pencarian dan upaya pencocokan jodoh idaman itu menjadi lebih lama.

Ada baiknya kita merenungi apa yang Allah SWT sampaikan di dalam Al-Qur'an bahwa sebenarnya Dia telah menjamin rezeki pada tiap-tiap hamba-Nya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam QS Huud ayat 6 berikut:

Wamaa min daabbatin fa al-ardhi illaa 'alaa Allahi rizquhaa

"Dan tidak ada makhluk di muka bumi ini kecuali Allah lah yang  telah menjamin rezekinya."

Dengan memahami pesan dalam ayat tersebut, sebaiknya kita senantiasa meyakini kebenaran dari pesan Allah tersebut sehingga kita dapat berbaik sangka kepada-Nya bahwa jodoh kita maupun jodoh anak-anak kita kelak juga Allah yang akan menjaminnya.

Apalagi di dalam ayat yang lain Allah SWT juga telah memerintahkan:

Wa ankihu al-ayaamaa minkum wa ash-shaalihiina min 'ibaadikum wa imaaikum. In yakuunuu fuqaraa`a yughinihimu Allahu min fadhlih. Wallaahu waasi'un 'aliim.

"Dan nikahkanlah orang-orang yang bujang dan orang-orang yang shalih dari hamba sahaya laki-laki dan perempuan diantara kalian. Jika mereka (dulu) adalah orang-orang fakir niscaya Allah akan memberikan kekayaan pada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nuur 32)

Berdasarkan penjelasan pada ayat tersebut kiranya kita dapat memahami bahwa Allah SWT pasti akan menjamin kecukupan rezeki bagi para hamba-Nya yang telah menikah. Sehingga mereka pun tidak perlu merasa risau sebab perkara rezeki sebenarnya adalah berada pada wilayah kuasa-Nya yang akan mengaturnya.

Jika sudah demikian apakah kita lantas cukup berpangku tangan saja karena rezeki sudah ada yang mengatur semuanya? Tentu saja pemahamannya tidaklah demikian.

Sebab kita masih berkewajiban untuk mendayakan amanah yang Allah titipkan pada diri kita yakni berupa kemampuan untuk berikhtiyar dalam rangka menjemput rezeki yang menjadi jatah bagi kita dan keluarga kita.

Kita masih berkeharusan untuk menggunakan segenap kemampuan kita itu untuk mencari rezeki yang halal sambil terus memohon kepada Allah agar Dia senantasa menuntun kita sehingga dapat mencari dan memperoleh rizki dengan cara-cara yang diridhai oleh-Nya.

Dengan demikian kita pun berharap bahwa adanya rezeki tersebut akan membawa keberkahan baik untuk diri kita maupun keluarga kita.

Itulah diantara upaya yang dapat kita lakukan yang tujuannya adalah untuk menata hati kita agar dapat berbaik sangka atas ketentuan jodoh yang akan Allah sandingkan dengan diri kita. Alhasil, kita pun takkan lagi merasa takut, pesimis maupun khawatir untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Dalam penjelasan kitab Ihyaa` 'Uluum Ad-Diin karya imam Al-Ghazali juga diterangkan:

Man nakaha lillaah wa ankaha lillaah istahaqqa wilayatallaah.

"Barang siapa yang menikah karena Allah dan menikahkan (seseorang) karena Allah, maka ia berhak untuk memperoleh pertolongan Allah."

Berdasarkan keterangan tersebut, sepatutnya kita senantiasa mongoreksi dan menata niat kita dalam menikah atau menikahkan putera puteri kita itu agar tujuan utama dalam melaksanakannya bukanlah untuk memperoleh harta, bukan alasan untuk menjaga dan meningkatkan nasab kita, dan bukan pula untuk mendapat keindahan dari pasangan. Melainkan kita melaksanakannya murni karena hanya mengharap ridha dari Allah SWT.

Barangkali dengan ikhtiar kita untuk menempuh cara-cara yang demikian maka kita pun akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dalam membina mahligai rumah tangga sehingga kita pun akan memperoleh kebahagiaan, keselamatan serta ridha dari-Nya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun