Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makhluk Terburuk di Muka Bumi

22 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:25 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, ada seorang bijak bestari yang hendak memberi ujian pada anaknya mengenai hakikat kehidupan. Di satu waktu, sosok paruh baya itu meminta kepada puteranya untuk mencari makhluk yang ia anggap paling buruk di muka bumi ini.

Mengenai kriteria keburukan makhluk itu, pria penuh wawasan kehidupan itu membebaskan anaknya untuk mencari sendiri, dari sudut pandang apa ia akan menentukan.

Mendapat perintah dari bapak kinasihnya itu, sang pemuda ini tak perlu menunggu lama. Ia langsung saja bergegas melaksanakan apa yang telah dititahkan oleh bapaknya itu. Ia sadar saat itu ia sedang diuji oleh bapaknya mengenai materi keilmuan tentang hakikat penciptaan.

Setelah melewati beberapa saat pencariannya, pemuda halus budi itu menemukan seekor anjing. Ia pandangi kondisi badannya yang tampak kurus kering dan penuh kudis di sekujur tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, si pemuda itu segera meyakini bahwa anjing inilah makhluk terburuk di muka bumi ini sebagaimana yang dimaksud oleh bapaknya tadi.

Tak berapa lama kemudian ia pun mencari karung untuk membungkus anjing malang itu dan membawanya pulang ke rumah.

Beberapa langkah sebelum si pemuda itu sampai di pintu rumah, ia seakan tersadar oleh kesalahan penilaiannya atas anjing yang ia bawa ini.

"Apa buruknya anjing ini sehingga ia harus kuserahkan pada bapakku dan kuhakimi keadaannya? Tubuhnya memang sangatlah buruk, tapi tetap saja ia adalah makhluk Tuhan yang tak berakal yang tak berpotensi apapun untuk berbuat dosa besar." Begitulah renungan sang pemuda di waktu itu.

Menyadari kesalahannya itu, pemuda tegap penuh wibawa itu pun segera melepas si anjing setelah ia memberinya sepotong daging yang lengkap dengan tulangnya.

Beberapa saat setelah melepaskan anjing itu, ia terus saja berjalan untuk menemui titik terang atas sebongkah teka-teki yang telah diujikan oleh bapaknya.

"Silakan mampir, Mas." tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara yang begitu lembut terdengar tak jauh dari daun telinganya. Ia pun menoleh ke arah sumber suara itu. Begitu terkejutnya ia lantaran mendapati seorang wanita muda dengan senyuman menggoda berdiri tak jauh dari hadapannya.

Melihat tingkah wanita yang tengah berdiri di depan pintu sebuah rumah itu, ia pun seakan ingin segera meninggalkannya. Namun, tiba-tiba si pemuda itu tercenung sebab teringat kembali dengan pesan bapaknya untuk mencari makhluk terburuk di dunia ini.

Ia tak henti-hentinya menatap wanita dengan tampilan menggoda itu dengan tatapan kosong seakan membayangkan apa saja yang telah diperbuatnya sepanjang hayat.

"Tak salah lagi, dialah makhluk terburuk di dunia ini. Dosanya terlalu banyak dan entahlah apakah masih bisa terampuni." gumam si pemuda itu.

"Maukah kamu ikut denganku?" tiba-tiba pemuda itu menanggapi sapaan wanita itu setelah ia selesai dari renungannya.

"Mau dibawa ke mana pun aku mau, Mas. Asalkan.." jawab wanita itu sambil berisyarat menggunakan sepuluh jari tangannya, harga yang harus dipenuhi oleh pemuda itu.

"Ah, kalau soal itu tak perlu khawatir. Nanti sesampai di rumah kamu pasti akan langsung kubayar."

"Baiklah, aku berkemas dulu kalau begitu."

"Silakan."

Tak berapa lama kemudian wanita itu kembali mendatangi si lelaki itu dengan pakaian lainnya yang seakan kian menggelorakan daya pikatnya. Seakan tak peduli dengan tampilan wanita itu, sang pemuda pun lekas mengajak wanita itu untuk menemui bapaknya, karena perasaannya begitu menggebu bahwa pastilah wanita itu orang yang dimaksud oleh si bapak tadi.

Di tengah-tengah perjalanan menuju rumah bapak dari si pemuda itu, keduanya sekonyong-konyong dikejutkan oleh pemandangan perampokan pada sebuah toko. Dari tempat mereka berdiri itu, mereka melihat dengan jelas pemandangan seorang perampok yang tak hanya menjarah seluruh uang yang ada di toko, bahkan ia pun sempat menghabisi nyawa seorang penjaganya.

Setelah melihat peristiwa yang teramat brutal ini, hati si lelaki tadi menjadi berubah haluan terhadap wanita yang berada di sampingnya itu. Apa buruknya si wanita sundal ini jika dibandingkan dengan dosa si perampok tadi, gumamnya.

Karena ia mendapati kekeliruannya ini, maka ia pun lekas mengganti uang perjalanan kepada wanita itu sebab pikiran lelaki itu kian mantab bahwa yang dimaksud oleh bapaknya itu bukan si wanita yang sedang bersamanya, melainkan si perampok yang sekaligus pembunuh sadis tadi.

Ia pun kemudian mencari cara yang paling tepat untuk mendekati perampok-pembunuh itu. Begitu ia telah berada pada posisi yang teramat dekat dengannya, betapa terkejutnya pemuda tadi sebab si perampok dan pembunuh itu ternyata telah mengakui semua kesalahannya dan menyatakan diri bertaubat setelah melakukan perampokan paling brutal dalam sejarah hidupnya.

Lebih dari itu, si perampok rupanya juga ingin mendapat bimbingan secara langsung dari sosok yang seakan tanpa dosa yang tengah berada di hadapannya itu. Melihat kesungguhan niat dari perampok yang hendak bertaubat ini, pemuda tadi hanya sanggup memenuhi permintaannya.

Rupanya perampok tadi dapat menuruti semua anjurannya untuk tak mengulang kembali aksi penjarahan uang itu sekaligus ia juga memohon ampunan dengan sungguh-sungguh pada Tuhan atas semua dosa yang telah ia perbuat.

Setelah si perampok itu dengan mudahnya mengikuti tuntunan dari pemuda tadi, ia pun lekas menduga bahwa bukanlah sosok perampok ini yang dimaksud oleh bapaknya.

Oleh karena ia merasa bahwa mantan perampok itu bukanlah orang yang ia cari, maka ia pun segera mohon diri dari sosok itu untuk melanjutkan pencariannya.

Di tengah perjalanan pencariannya, ia semakin sering bertemu para makhluk yang bermacam peringainya. Tak hanya dari dunia yang tampak saja, bahkan yang berasal dari alam lain pun ia sanggup menyaksikan tingkah polah mereka.

Suatu ketika, ia mendapati sosok bertampang buruk yang tengah berbisik dan menggoda manusia. Batinnya langsung saja menerka, sudah pasti dia lah si iblis makhluk yang terburuk di muka bumi ini.

Ia pun lekas mendatangi makhluk jahanam itu dan berniat untuk menyeretnya ke hadapan bapaknya. Beberapa langkah sebelum ia mendatanginya, ia terus mengamati perilaku si iblis yang tampak tak berdaya di hadapan orang yang ia goda itu. 

Seakan sadar akan kehadiran sosok yang mendekatinya, iblis pun mendahului inisiatif untuk mendatangi sang pemuda penuh kharisma tadi.

"Tuan, tolonglah aku. Jika Anda kuasa mohon bantulah aku untuk dapat menjerumuskan siapa saja yang dapat kuganggu di muka bumi ini." pinta si iblis dengan merengek-rengek pada pemuda itu.

"Bukankah sudah terlampau banyak manusia yang telah kau sesatkan di dunia ini?" pemuda itu menjawab keheranan.

"Tidak sesederhana itu, Tuan. Selama manusia masih diberi pertolongan oleh Tuhan dengan bekal ilmu ketulusan, maka sia-sialah seluruh dayaku. Seperti halnya ketakberdayaanku di hadapan orang yang sedang kuganggu ini."

"Ah, gampang. Cari saja manusia lain semaumu, pasti nanti juga akan ketemu."

"Tidak segampang itu Tuan. Tolonglah aku, atau barangkali bapakmu yang shalih itu bisa membantuku. Mohon pertemukanlah aku dengannya." si iblis kian mengiba.

"Ah, kau sendiri saja yang datang kesana, aku sedang sangat sibuk." jawab lelaki itu sembari meninggalkan si iblis yang terus mengemis dan mengiba padanya.

Pemuda itu tampak begitu kesal sebab sudah terlalu letih ia dengan pencariannya selama beberapa waktu yang panjang yang tampaknya takkan membuahkan hasil apa-apa.

Oleh karena merasa tak kunjung berhasil dengan hasil pengembaraannya, maka ia pun segera pulang dengan niat untuk melaporkan keadaan yang sebenarnya pada bapak yang sangat dimuliakannya.

"Bagaimana sudah ketemu makhluk yang kau cari, Nak?" tanya bapak dari pemuda itu dengan penuh kelembutan setelah anaknya itu beberapa saat beristirahat di rumah.

"Sudah, Pak." jawab pemuda itu seadanya.

"Siapa kiranya makhluk terburuk di dunia ini?"

"Aku sendiri." jawabnya spontan.

"Apa alasannya?" sang bapak memburu.

"Selama ini aku terlalu sibuk menilai keburukan dari makhluk lain sehingga aku benar-benar lupa dengan keburukan sendiri yang kumiliki."

Sang bapak menyimak jawaban anaknya itu dengan lekas menampakkan senyuman.

"Selain itu, tak sepantasnya aku menilai kebaikan ataupun keburukan makhluk lain. Sebab sepatutnya semua itu adalah bagian dari hak prerogatif, pengetahuan sekaligus kekuasaan dari Tuhan." tambahnya.

"Saat ini, mungkin bisa saja kuanggap mereka adalah makhluk yang buruk, tapi siapa bisa menjamin kelak di penghujung hidupnya ia akan tetap menjadi makhluk yang buruk. Begitu pula dengan keadaan diriku." sambung si pemuda itu tampak semakin mantab dengan kepasrahan jawabannya.

Sang bapak itu bertambah binar wajahnya setelah mendengar penjelasan yang berangsur-angsur dari anaknya.

"Aku begitu menyesal Pak, atas kebodohanku selama ini. Sebab tak mampu memandang kekurangan yang ada pada diri sendiri akibat terlalu sibuk dengan keburukan pada makhluk yang lain." lanjut pemuda itu dengan penuh ketulusan.

"Syukurlah, jika kamu telah memahaminya, Nak." tanggap pria sepuh itu sembari menepuk tiga kali pundak puteranya dengan penuh kelembutan. 

***

Diolah dari ceramah Habib Anis dan tanggapan Mbah Nun dalam Piweling Maiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun