Hal ini berlaku untuk semua jenis tulisan yang masuk, kecuali bagi anggota yang statusnya telah terverifikasi biru, sebab secara otomatis tulisan mereka akan langsung masuk kategori pilihan.Â
Wah, enak dong, kalau begitu, punya status verifikasi biru? Mau menulis apa saja status karyanya langsung pilihan.Â
Benarkah demikian? Belum tentu. Sebab, di balik kemudahan akses menuju label artikel pilihan itu, sebenarnya juga menyimpan tanggung jawab besar yang menyertainya, yakni berkait dengan konten tulisan yang tersaji dari seseorang yang diakui kredibilitasnya sebagai penulis yang terverifikasi.
Pemahaman mudahnya adalah, apakah mereka yang terverifikasi itu sampai hati untuk menyuguhkan tulisan secara sembarangan, misalnya saja dengan mengabaikan bangunan gagasan, tata bahasa maupun kaidah penulisan, sebagaimana yang dulu selalu mereka lakukan ketika berjuang mendapat verifikasi biru.Â
Jika ketiga kriteria tersebut tidak mereka indahkan, maka tidak perlu heran jika kemudian muncul pertanyaan bernada skeptis dari para pembaca karya mereka. Misalnya, Kok, cuma segini sih tulisannya? Katanya centang biru?Â
Kita sama-sama tahu bahwa upaya untuk meyakinkan orang lain dengan suguhan tulisan yang bermutu memang bukanlah perkara mudah. Dan itu pun sebenarnya tidak selalu dapat digaransi dengan banyaknya tulisan yang telah terbit maupun lamanya waktu untuk menulis.Â
Sebab penilaian dari sebuah tulisan itu pada intinya adalah berdasarkan bobot serta kandungan manfaat yang dapat diterima oleh mereka yang membacanya.
Sekali lagi, tulisan ini bukanlah diagihkan sebagai upaya untuk merendahkan status tertentu, akan tetapi hanya sebagai pengingat bersama bahwa status yang disandang oleh siapapun tidaklah menjadi garansi atas keindahan atas karya yang dibuat.Â
Terlebih lagi, pada beberapa platform situs kepenulisan, kita tahu sendiri bahwa yang berlaku di dalamnya adalah sebuah sistem yang kita pahami limitasinya dalam mengendus kemampuan tulis seseorang.Â
Berkaca dari pengalaman saya menjelajah di platform sebelah, saya pernah mendapati sosok penulis sekaliber AS Laksana yang tulisannya langganan terbit setiap pekan di Jawa Pos pun nyatanya pernah hanya diganjar sebagai penulis tanpa status verifikasi oleh sistem mereka.Â
Hal itu terjadi lantaran sistem verifikasi yang berlaku pada platform tersebut hanyalah berdasarkan jumlah tayangan tulisan yang telah disinggahi oleh para pembaca, sehingga ketika ada penulis kawakan yang baru saja mampir menulis di situ dengan satu atau dua tulisan, maka ia pun akan diberlakukan sama oleh sistem, sekalipun karya yang mereka sajikan adalah sebuah tulisan yang bernas sebagaimana bobot tulisan mereka pada umumnya.