Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mencoba Memahami Pesan Presiden tentang Indonesia Membajak

17 Agustus 2020   02:30 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:39 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas, apakah yang dimaksud dengan merampok momentum krisis ini? 

Begini. Saat ini kita menyadari bahwa kondisi pandemi dan resesi ekonomi telah menjadikan banyak hal dari kita seakan telah terampas. 

Beberapa hal yang dulu dapat kita peroleh dengan relatif mudah, saat ini harus kita peroleh dengan perjuangan yang tertatih-tatih. Sehingga kita pun merasakan telah banyak hal yang telah terenggut dari diri kita akibat 'ulah' krisis yang berganda ini (krisis keuangan dan krisis kesehatan).

Sehingga mau tidak mau dengan adanya momentum perayaan kemerdekaan ini, kita harus mampu merampasnya kembali, merampoknya kembali, apa saja yang dulu pernah menjadi milik kita. Kita ambil kembali hak-hak kita dari 'tangan momentum' yang telah menjajah dan mengalahkan kita.

Memang tidak elok rasanya jika kita meng-kambinghitam-kan waktu atas segala ketidakbecusan kita dalam mengelola krisis ini. Tapi, ya, mau bagaimana lagi? Tidak ada satu pun dari kita yang tentunya mau disalahkan dari keadaan ini, yang berarti adalah ajang untuk membuka aib diri. 

Tidak ada satu pun orang yang siap disebut bodoh apalagi yang mereka genggam adalah gawai yang pintar. Jadi, jalan paling mudah dan mungkin tidak akan memojokkan pihak manapun adalah dengan mengkambinghitamkan waktu dan menjadikannya sebagai musuh yang nyata bagi kita. 

Jika memang itu yang dimaui, ya, silakan saja. Asalkan itu adalah alasan realistis bagi siapa saja untuk memperbaiki diri, silakan saja itu dilakukan. 

Bukankah dalam ajaran agama pun terdapat anjuran untuk memperbaiki diri kita dari waktu ke waktu agar dapat terhindar dari kerugian dan kehancuran. Dengan menyadari hal ini maka pastinya akan ada dua objek yang menjadi fokus kita, yakni waktu (momentum) dan keadaan kita yang dari waktu ke waktu semakin membaik.

Dalam hal ini berarti kita harus berani mengacungkan jari telunjuk kita dan menunjukkannya ke dada kita sendiri, sebagai bukti bahwa kita telah siap untuk berubah menjadi lebih baik. Kita berkomitmen dengan sungguh-sungguh untuk selalu siap dievaluasi dari setiap kinerja kita, demi melangkahkan kaki kita menuju arah perbaikan. 

Evaluasi ini penting selalu dilakukan agar kita tahu sejauh mana kemampuan kita secara nyata dan mengetahui kesalahan-kesalahan kita dari kinerja sebelumnya. Dan tanpa melalui tahapan evaluasi ini bagaimana mungkin kita akan tahu hasil kinerja kita dan langkah-langkah yang dapat kita buat untuk memperbaikinya?

Jika yang menjadi kendala bagi kita adalah rasa malu, rasa gengsi, kekhawatiran atas reputasi, dan hilangnya akses untuk kehidupan berikutnya, saya kira untuk sementara waktu hal ini dapat kita kesampingkan sebagai langkah awal untuk menuju arah kemajuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun