Karakter bangsa hanya dijadikan topik diskusi dan penghias kurikulum sekolah, tetapi tak pernah jelas apa ukurannya, siapa yang harus dijadikan model, dan apa tindak lanjutnya. Konsep revolusi mental pun hanya bergema sesaat, lalu meredup tanpa jelas contoh penerapannya oleh sang penggagas.
Arah pembangunan ekonomi yang konon bercorak kerakyatan, hanya terlihat ‘papan penunjuknya’ saja, tetapi tidak pernah terlihat orang yang mengawali bergerak menuju ke arah yang ditunjuk tersebut.
----------------------------------------------
Semoga saja kepikunan ini bersifat sementara, reversibel, bisa disembuhkan. Jika tidak, sulit memastikan masa depan Indonesia, boleh jadi NKRI ini tak akan pernah merayakan hari jadinya yang ke-100.
Baiklah, apa pun kondisi mu saat ini, Indonesia. Aku adalah bagian dari mu. Boleh jadi kepikunanmu karena malfungsi diriku juga. Karena itu tulisan ini hanyalah otokritik . Kritik untuk kita semua, terutama diriku sendiri.
Dirgahayu Indonesia.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H