Mohon tunggu...
Zaki Iskandar
Zaki Iskandar Mohon Tunggu... Auditor - YNWA!

YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bandar Udara Wirasaba, Riuh Dahulu Bising Kemudian

26 Februari 2016   14:54 Diperbarui: 13 Januari 2023   18:35 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengemukakan sejumlah alasan mengapa memilih Wirasaba. Dalam pernyataannya yang dikutip Suara Merdeka, dia mengatakan bahwa Tunggul Wulung sulit dikembangkan karena halangan tower PLTU dan keterbatasan lahan. "Biarkan Tunggul Wulung tetap hidup dan di sini (Wirasaba) bisa hidup. Toh, pertumbuhan Purbalingga, Banyumas, dan Banjarnegara luar biasa. Ini yang bisa untuk menghidupkan wilayah Jateng Selatan," katanya.

Menurut Ganjar, Jawa Tengah bagian selatan membutuhkan sarana transportasi yang cepat, termasuk bandara. Pasalnya, prospek investasi dan industri bagian selatan bagus. Purwokerto juga sudah menjadi ibu kota Kabupaten Banyumas yang pertumbuhannya cepat. Kemudian Purbalingga ada industri pembuatan bulu mata dan rambut palsu yang sudah ekspor.

Mana yang Lebih Strategis dan Potensial?

Mengutip informasi dari Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas III Tanggul Wulung, Faisal Marasabessy, rata-rata jumlah penumpang Tunggul Wulung per bulan adalah sekitar 1.160 orang atau setahun 12.000. Jumlah ini belum bisa dikatakan ramai, apalagi jika mengingat bahwa bandar udara ini mulai melayani penumpang umum sejak akhir tahun 1978. Dengan jumlah setahun kurang lebih sebanyak 12.000, maka rerata penumpang hanya 30 sampai 40 orang per hari. Timbul pertanyaan, kenapa bisa demikian?

Bandar Udara Tunggul Wulung berlokasi di Kecamatan Jeruk Legi, Kabupaten Cilacap. Dilihat dari letak geografisnya, Tunggul Wulung relatif bisa dikatakan sebagai bandara di “pojok” wilayah Provinsi Jateng. Apakah karena letaknya yang “mojok” itu menyebabkan banyak calon penumpang malas menggunakan transportasi udara dari sana?

Muncul dugaan, masyarakat yang tinggal di Jawa Tengah bagian selatan – minus Cilacap – berasumsi bahwa terbang dari Cilacap ke Jakarta akan memakan waktu tempuh yang tidak terlalu jauh berbeda apabila dibandingkan dengan menggunakan kereta api. Calon penumpang dari Purwokerto misalnya, kini bisa tiba di Jakarta dalam waktu 5 jam dengan kereta api eksekutif. Jika ia memakai jasa pesawat terbang dari Cilacap, waktu tempuhnya sejak berangkat dari rumah hingga sampai ke kota Jakarta dapat mencapai 3 hingga 4 jam lamanya. Perinciannya adalah perjalanan darat dari Purwokerto ke Tunggul Wulung memakan waktu 1 jam dan waktu tunggu hingga terbangnya dapat lebih dari 2 jam.

Kalau penumpang dari Purwokerto saja memerlukan 3 jam lebih untuk terbang dengan pesawat ke Jakarta, lalu bagaimana dengan mereka yang berangkat dari Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, dan Wonosobo? Maka menjadi masuk akal jika pertumbuhan penumpang di Tunggul Wulung relatif kurang bagus dari tahun ke tahun. Calon penumpang yang berangkat dari luar Cilacap mungkin kurang berminat karena keuntungan dari sisi waktu tempuh tidak begitu signifikan.

Lalu bagaimana dengan Wirasaba?

Pihak-pihak yang bersemangat menjadikan Wirasaba sebagai bandar udara umum adalah Pemprov Jateng dan 5 pemerintah kabupaten yang terdiri dari Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, dan Wonosobo. Mudah ditebak alasan mengapa 5 pemkab tersebut menjadi ngotot, yakni karena faktor geografis lokasi bandara. Kabupaten pendukung yang jaraknya terjauh adalah Wonosobo, sekitar 60 km, dan jarak itu masih lebih dekat ketimbang harus ke Yogyakarta ataupun Semarang. Sementara empat sisanya berjarak kurang dari 30 km. Ini butir keunggulan pertama.

Terkait dengan aspek kemudahan akses, Wirasaba jelas menjadi pemenangnya. Jalan utama dan alternatif yang menghubungkan dari dan ke 5 kabupaten tersebut di atas telah tersedia. Para calon penumpang pun bisa memilih alat transportasi pribadi dan umum. Bahkan tahun depan Bus TransBanyumas direncanakan akan mulai beroperasi dengan rute berpangkal di Terminal Bukateja (berjarak 3 km dari Lanud Wirasaba) menuju ke Stasiun Purwokerto dengan melalui pusat-pusat keramaian. Dan puncaknya adalah pada tahun 2019 ketika reaktivasi jalur kereta api antara Purwokerto – Wonosobo, yang trase lamanya berada tepat di samping landas pacu, selesai dilaksanakan. Wirasaba semakin mudah dalam jangkauan masyarakat Purwokerto, Banjarnegara, dan Wonosobo. Ini yang kedua.

Berbicara tentang potensi keuntungan, barangkali inilah butir keunggulan ketiga dan utama yang dimiliki Wirasaba jika dibandingkan dengan Tunggul Wulung. Pangsa pasar maskapai penerbangan yang beroperasi di Wirasaba diyakini lebih luas dan lebih besar. Ada sekian ribu unit bisnis di 5 kabupaten di sekelilingnya; sekian ribu usahawan yang butuh mobilitas cepat; sekian ribu wisatawan asing maupun domestik; sekian ribu birokrat yang harus berdinas di Semarang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya; serta sekian ribu masyarakat umum selain pebisnis yang juga memerlukan transportasi super cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun