Sedikit tambahan, membahas takdir sebenarnya cukup rawan bagi masyarakat awam. Dalam redaksi kitab Hushun al-Hamidiyyah, memang ada semacam peringatan, agar jangan terlalu dalam membahasnya. Harus diketahui, tapi tak perlu dibahas jauh-jauh.
Sebab kita tahu jika belajarnya otodidak, cuma baca-baca artikel, apalagi hanya ikut pengajian YouTube. Ditambah bila masih awam, pasti akan muncul banyak pertanyaan. Kok begini? Kok begitu?
Semakin banyak pertanyaan yang membingungkan diri sendiri, akhirnya akan berbahaya jika bisa mendorong dia kepada kesimpulan pribadi yang ternyata merupakan akidah menyimpang, seperti qadariyah dan jabariyah. Sebab masalah pendalaman terkait takdir tergolong permasalahan yang rumit dan tidak sederhana. Sementara dia gak tahu kesimpulannya benar atau salah.
Lain lagi jika ada guru yang benar-benar membimbing, belajar di pesantren misalnya. Gak akan ditakutkan terjadi salah paham, karena bila murid terlihat keliru, ada sang guru yang akan meluruskan.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H