Secara sederhana dan rinci, takdir jika dijelaskan dengan detil akan menjadi kurang lebih seperti ini.
1. Taqdir fil ilmi. Allah Subhanahuwata'ala mengetahui segala apa yang terjadi, sekecil apapun, mengetahui saat alam semesta baru diciptakan dulu sekali, sekarang, bahkan kelak pada hari yang tiada berakhir. Allah Subhanahuwata'ala telah mengetahui semuanya. Ini juga disebut dengan qodho.
"Pengetahuan" ini termasuk takdir yang tidak bisa diubah. Dan hanya Allah Subhanahuwata'ala saja yang mengetahui.
2. Taqdir fi lauhil mahfudz. Takdir yang tertulis di lauhil mahfudz. Istilahnya ada suratan takdir yang tertera dengan jelas dan juga menjadi "panduan" bagi malaikat untuk menjalankan tugas mengelola alam semesta. Kapan harus mencabut nyawa, kapan harus menurunkan hujan, dan seterusnya.
Semuanya, sekecil apapun kejadian di alam semesta yang menjadi takdir akan tertera di sebuah tempat luar biasa luas, bernama lauhil mahfudz.
Lalu pernahkah kita mendengar bahwa takdir bisa diubah? Yah, semuanya yang tertera di lauhil mahfudz selama belum terlaksana akan mungkin untuk berubah. Allah Subhanahuwata'ala memiliki kuasa untuk menghapus takdir baik atau buruk yang tertera disitu selama belum terjadi.
Misalnya ada yang berdoa, maka mungkin saja orang tersebut yang semestinya bernasib buruk, suratan takdirnya di lauhil mahfudz berubah menjadi baik.
Dan segala takdir yang berubah di lauhil mahfudz ini juga sebenarnya sudah diketahui Allah Subhanahuwata'ala dalam taqdir fil ilmi atau qodho pada poin pertama.
Sederhananya, Allah Subhanahuwata'ala memiliki sifat ilmu akan segala sesuatu yang terjadi di alam semesta. Tapi Allah Subhanahuwata'ala juga menulis suratan takdir di lauhil mahfudz yang bisa dilihat oleh malaikat, bahkan manusia pilihan. Oleh sebab itu ada orang yang bisa mengetahui masa depan. Dan takdir di lauhil mahfudz ini masih mungkin dirubah sebelum terjadi.
( :39)