Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Egoisme Sudah Memaksa Kita Bertengkar?

19 Agustus 2020   05:23 Diperbarui: 19 Agustus 2020   06:35 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Jadi, kenapa kita pernah bertengkar? Mungkin, karena ada perasaan ingin memiliki. Ada rasa sungkan memberi. Ada perasaan angkuh diam-diam tidak mau memaafkan. Ada keengganan untuk mengalah dan keengganan menuruti kemauan orang lain.

Secara terselubung dalam hati ada keinginan meminta. Minta dihormati misalnya? Minta dihargai? Atau meminta sesuatu yang lebih baik dari yang orang lain miliki.

Kalau kita selalu bisa menerima, apakah mungkin akan terjadi pertengkaran di dunia ini? Apakah pertengkaran berasal dari egoisme? Banyak hal yang tak masuk akal dan hidup ini yang sulit dijelaskan dengan matematika.

Sebab jika hidup ini kalkulasi angka, seseorang dengan gaji bulanan upah minimum provinsi tentunya tidak akan bisa membangun rumah dan tak bisa membeli mobil. Honorium dari kerja tak akan cukup. Jadi, apa yang masuk akal? Bukankah hidup kita sudah dijamin oleh Tuhan?

Bukankah takut kehilangan itu adalah cermin dari kemiskinan? Seperti ungkapan dalam salah satu bait syair Kahlil Gibran.

Orang bisa memberikan apapun. Sebab pemberian bukan masalah harta. Kita juga bisa memberikan penghormatan dan penghargaan kepada orang lain. Sebab dengan penghormatan dan sikap ramah kepada orang lain, seseorang akan bisa mendapatkan rasa aman. Meskipun rumahnya tidak dilindungi pagar.

Guru saya mengingatkan, orang yang memagari rumahnya dengan tembok tinggi tak lebih aman dibandingkan orang yang memagari rumahnya dengan kedermawanan. Filosofi pager mangkok dan pager tembok.

Jadi, kembali lagi. Mengapa kita bertengkar?

***

Sekian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun