Kita bisa menyajikan kisah yang seimbang dari awal sampai akhir. Tidak kelihatan bersemangat di awal, tapi kelelahan karena dalam beberapa bagian (biasanya belakang), ritme kadang jadi terlalu cepat. Seperti orang yang ingin segera lepas dari tanggung jawab mengarang. Mau segera mencapai kata tamat dan bebas dari kewajiban.
"Untuk anda ingat: tulisan yang baik tidak menyediakan ruang untuk pemborosan." Kata A.S. Laksana.
Dan satu hal yang penting, ini mungkin nasihat lama, sudah terlalu usang untuk diulang-ulang. Tapi jujur, kita harus banyak membaca. Sebab pikiran juga butuh nutrisi dan asupan wawasan. Kecuali jika kita mau untuk konstan dengan hal yang itu-itu saja. Kita perlu menyadari, bahwa beberapa dari kita sudah jauh tertinggal.
Seperti halnya kita sangat membutuhkan pergaulan dan interaksi sosial untuk memperkaya pengalaman, kita juga butuh dunia literasi untuk memperkaya khazanah intelektual. Tidak semua pengetahuan bisa kita dapatkan dengan usaha ganjil seperti bermimpi di siang bolong. Segalanya butuh perjuangan.
***
Saya tidak akan memaksa siapapun, termasuk diri saya sendiri, melakukan pekerjaan ini menjadi berat. Dengan catatan ada komitmen. Orang lain tak harus disuruh-suruh melakukan pekerjaan yang sama dengan apa yang kita lakukan, sebab hal itu terlalu egois. Dunia akan runtuh jika semua orang akhirnya jadi penulis.
Menulis haruslah menyenangkan. Jika segala aturan justru membuat kita terbebani, maka kita bisa menulis (pada awalnya) tanpa rambu-rambu sama sekali. Jika kita disiksa oleh deadline, maka buang saja tenggat waktu itu. Nulisnya kapan saja kalau mau. Saya ingat kata-kata William Faulkner yang mengusik,
"Aku hanya menulis ketika mendapatkan inspirasi, dan, celakanya, aku selalu  mendapatkannya setiap pukul sembilan pagi."
***
Sekian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H