"Dalam hal menulis, yang perlu anda lakukan adalah menuturkan segala sesuatunya dengan cara anda. Salah satu yang membuat anda macet menulis adalah karena tiba-tiba anda mencoba menggunakan cara ungkap yang berbeda dari cara ungkap anda sehari-hari.
Tiba-tiba anda tergoda untuk memasukkan kata-kata 'besar' atau menyusun kalimat-kalimat yang 'mendayu-dayu' atau membuat lukisan-lukisan yang puitis. Kalaupun tidak macet, hasilnya mungkin norak dan anda mungkin akan membuat pembaca anda tidak paham." (A.S. Laksana)
Cara terbaik membuat karya kita menjadi buruk adalah dengan tidak menjadi diri kita sendiri.
Maka style terbaik sebenarnya adalah mengemas karya seperti kita berbicara dengan seseorang. Bagaimana mereka mudah memahami kata-kata dan ucapan kita, maka kita juga sebaiknya membuat mereka mudah mengerti tulisan kita. Dengan bahasa yang sederhana.
***
[Tentang Editing dan Penyelerasan]
Setiap proses menulis adalah tahapan untuk belajar kembali. Sekelebat kata itu saya ingat dari spirit Sapardi Djoko Damono dalam berkarya. Yang dikutip (seingat saya) dalam salah satu buku Bakdi Soemanto. Semangat seperti itu juga ada dalam diri mereka yang sudah bisa menjiwai, misalnya Goenawan Mohamad.
"Proses pemikiran hanyalah satu tahap. Proses lainnya menyangkut sekian jam duduk di depan mesin tik atau monitor komputer, membesut, mengoreksi, menatah, menguji kata dan kalimat.
Tiap kali saya menulis, rasanya tiap kali saya belajar lagi. Terutama bila kita bertekad agar tidak bosan dan membosankan, dan (tentu saja kalau itu mungkin) agar setiap tulisan tidak mengulang tulisan yang terdahulu, bahkan setiap kata tidak mengulang kata yang sebelumnya, karena repetisi rasanya adalah sebuah cacat dalam proses kreatif." (Goenawan Mohamad)
Bagi Goenawan Mohamad, mudah mencetuskan draft dan menemukan ide. Memulai sesuatu untuk menulis itu adalah proses singkat. Mudah, karena orang seperti saya sekalipun juga bisa melakukannya dengan serampangan. Tapi tahap berikutnya melibatkan ketelitian. Menyangkut ketelatenan.
Memoles sebuah karya menjadi layak dibaca itu akan makan waktu yang jauh lebih lama. Dan sayang sekali, banyak diantara kita yang melewatkan itu begitu saja. Beberapa dari kita lebih menitikberatkan penyusunan awal, dan mengabaikan editorial. Sementara banyak orang yang berpengalaman akan jauh lebih peduli pada penyelarasan.