Baik buruk itu perspektif. Tergantung bagaimana cara memandang itu. Sakit bisa jadi anugerah. Bisa jadi musibah.
Kekayaan bisa berarti pemberian, bisa jadi sebenernya adalah cobaan berat. Tak perlu menganggap cobaan hidup yang bertubi-tubi itu adalah musibah tiada henti.
Apa yang lebih baik? Bukankah tak ada yang perlu disesali dalam hidup. Sebab hidup adalah sepenuhnya bagaimana seorang hamba bersyukur atas setiap anugerah dan karunia yang nampak dalam bentuk dan wujud yang berbeda-beda. Ada yang nampak dalam mata manusia sebagai kemalangan, ada yang memang bentuknya benar-benar kebahagiaan.
Jadi, kalau demikian adalah interpretasi sederhana saat memaknai kehidupan sehari-hari, seharusnya hal yang sama juga bisa dipakai untuk selalu berbaik sangka kepada Yang Maha Kuasa.
Andaikan sudut pandang itu dirubah, pikiran kurang baik kepada Tuhan semesta digeser menjadi rasa terima kasih. Sakit atau miskin misalnya, merupakan pemberian sejati.
Jika semua bisa jadi anugerah, meskipun nampaknya secara kasat mata adalah duka cita, mengapa manusia masih saja berburuk sangka kepada Tuhan Yang Maha Esa?
***
Sekian, mohon maaf jika kurang berkenan...
***
Wallahu a'lam...
***