Tapi itulah yang terjadi. Itulah kenyataannya. Ya memang seperti itu kejadiannya.
Maka sampai-sampai Syaikh Mallawi dawuh, "siapa yang mengingkari bahwa anak umur segitu (6 tahun), bisa melakukan hal tersebut, seakan-akan ia mensifati Allah dengan sifat lemah (karena tidak mampu mengalimkan orang di waktu mudanya)."
Kita gak boleh melihat seseorang dengan sebelah mata. Siapapun orangnya, setiap orang memiliki maziyah dan keistimewaan. Jika kita selalu bisa melihat keistimewaan itu, maka kita akan selalu bisa mendapatkan manfaat. Tapi jika yang kita bisa lihat hanyalah kekurangannya, maka akhirnya kita gak bisa dapat apapun dari orang tersebut.
Dengan hanya mau baca bacaan terkenal, atau mau belajar hanya kepada orang yang sudah terkenal, saya kira kita sudah melewatkan kesempatan emas. Dan membuka jalan "kebodohan". Karena kurang objektif dalam membuka mata.
Sebelum orang-orang hebat itu kelak jadi terkenal dan akan susah untuk kita hubungi, sebaiknya kita mulai belajar dari mereka saat ini juga. Mumpung masih bisa "diakrabi."
***
Betapa indah makna dibalik kalimat "Al masyhur bibarokatil mastur..."
Ternyata banyak sekali orang salih dan hebat di sekitar kita. Banyak sekali ide yang luar biasa dan tenggelam begitu saja. Hanya karena kebanyakan orang selalu menutup mata. Dan cuma peduli dengan yang tenar dan masyhur saja.
Akhirnya, betapa rugi. Karena kita "membuang" banyak sekali intan permata, yang tertutup oleh tebalnya lumpur yang menyelimuti permukaannya. Kita gak sadar yang kita lewatkan itu sebenarnya batu mulia.
Kisah sidi Fauzan ini begitu indah buat saya...
"Saat awal mula fitnah wahabiyah muncul di dunia islam, Syaikh Badruddin al-Hasanyasany, imamnya penduduk negeri Syam didatangi oleh sekelompok pemuda yang mulai terpengaruh pemikiran wahabiyah.