Saya gak bermaksud menghujat siapapun dengan tulisan, tapi ******** itu misalnya adalah contoh nyata. Novel teenlit yang bikin saya mengelus dada. Membuat karya lain yang sebenarnya jauh lebih bagus dalam kualitas akhirnya tenggelam begitu saja.
Saya pikir, hanya karena mereka "kurang beruntung".
Betapa saat kita ingin mencari bacaan bagus, jangan terpengaruh oleh kata orang. Sebab kebanyakan tulisan bagus itu justru kadang-kadang gak pernah dikenal. Mereka banyak yang lebih sering tenggelam. Dan gak peduli dengan apa itu tenar.
Uang bukan tujuan untuk motivasi mereka. Sebab apa yang mereka cari adalah kepuasan. Dan sedikit nostalgia akan kenangan. Sekedar cerita untuk anak cucu, bahwa "kakekmu ini dulu pernah menerbitkan buku." Mungkin begitu...
Andaikan sahabat saya Hisyam Syafiq itu seorang influencer dengan follower dua juta orang di Instagram, gak perlu kiranya dia bergerilya menerbitkan buku Rinda Rindu Kopa Kopi secara mandiri. Pastinya akan ada penerbit besar yang dengan sendirinya meminang karya itu. Akan datang tak diundang blusukan ke kota Malang, dan mengetuk pintu rumahnya. Sambil bawa parsel dan amplop tebal. Hehehe...
Orang yang tulisannya bagus, bukan hanya Eka Kurniawan, Leyla Chudori, Budi Darma, atau siapa. Banyak sebenarnya talenta berbakat namun gak terkenal.
Ibarat artis hebat itu bukan hanya mereka para langganan Oscar. Seperti Meryl Streep, atau Tom Hanks. Atau Leonardo Dicaprio. Banyak sebenarnya... Hanya saja mereka yang gak muncul itu belum "beruntung" saja.
Yang berpikir maju itu bukan cuma Elon Musk atau siapalah. Tapi banyak juga yang lain. Cuma belum terkenal.
Memangnya siapalah JK. Rowling sebelum Harry Potter meledak? Siapa JRR. Tolkien sebelum trilogi The Lord of The Ring jadi buku sepanjang masa? Sebelum karya mereka mendunia, mereka "bukanlah siapa-siapa". Orang yang kalau naik bus kota dan gak kebagian tempat duduk, juga harus mau berdiri seperti yang lainnya.
Kita harus jeli melihat JK. Rowling baru. JRR. Tolkien baru. Eka Kurniawan baru. Dee Lestari baru... Jangan cuma ikut pandangan mainstream. Tapi cobalah jadi orang yang objektif dalam menilai. Gak ada salahnya think different. Asal bisa dipertanggung jawabkan.
***