Saya gak akan malu, baca tulisan yang bahkan sudah jadi bungkus gorengan. Jika memang tulisan itu bagus. Memangnya tulisan bagus itu yang ratting Goodreads nya diatas empat ya? Harus yang reviewnya itu diatas sepuluh ribu orang misalnya?
Memangnya orang hebat itu harus yang tinggal di tempat semegah istana Buckingham ya? Justru, kebanyakan karena kepribadian unik mereka, mereka lebih suka tinggal dibawah rumah yang doyong. Hingga akhirnya gak ada satupun orang yang mengenal mereka. Saya jadi ingat kisahnya pak Ahmad Tohari.
Rugi sekali, jika kita harus kehilangan banyak pengalaman indah mereka?
Sebab bagus atau hebat itu bukan diukur dari seberapa terkenal. Kebanyakan yang terkenal justru kadang-kadang "sampah". Mereka kadang hanya lagi beruntung. Atau mereka memang punya banyak follower di media sosial.
Mari berburu bacaan di tempat gelap yang gak dikenal orang. Mari berburu pengalaman kepada orang yang suka merokok di warung kopi sendirian.
Saya ingat kisah Sir Arthur Eddington. Andaikan gak ada dia, mungkin Einstein gak akan seterkenal hari ini.
Yah, Eddington itulah yang menemukan pemikiran Einstein. Padahal waktu itu, pemikiran Einstein hampir saja hilang. Jika tak ada orang yang peduli seperti Eddington.
Yuk berburu dan menyelam, untuk mencari orang-orang berbakat yang bisa kita ambil manfaatnya. Menggali lebih dalam, hingga ke tempat yang gak mungkin dituju orang manapun. Demi menemukan ide dan inspirasi yang bisa mengubah hidup kita.
Kita gak memungkiri, dibawah kaki kita berpijak, banyak emas yang terpendam. Hanya saja belum kita temukan. Banyak emas dipajang di toko-toko, membuat kita gelap mata. Dan kurang sadar diri. Betapa diluar sana, ternyata banyak "emas-emas" yang memilih menyamar jadi batu kali.
***
Apa yang kita temukan dalam rak di toko-toko buku beken, dengan label best seller, menurut saya bukanlah jaminan mutu. Jika kita lebih mementingkan selera. Bebek Selamet yang legendaris enaknya itu saja masih punya haters.