Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bolehkah Belajar Ilmu Agama Secara Otodidak Tanpa Bimbingan Guru?

15 Mei 2020   05:01 Diperbarui: 15 Mei 2020   07:15 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Zaman sekarang ini orang bisa belajar di mana saja dan kapan saja. Informasi sudah mudah didapatkan. Pengetahuan juga mudah diperoleh dari berbagai buku dan kitab digital. Tapi kadang kita mengabaikan satu hal: bimbingan orang yang lebih senior. Istilahnya, belajar otodidak tanpa guru.

Bagus kok belajar otodidak. Sebab kesusksesan pinter tidak seorang siswa itu biasanya ditentukan di luar kelas. Ini bukan mbahas manfaat atau tidak ilmu seseorang. Manfaat atau tidak itu faktor lain yang sifatnya sulit dijelaskan. Tapi pinter atau tidaknya siswa itu ya tetap saja kalau di luar kelas mau banyak membaca.

Nha, disini menurut saya betapa pentingnya penjelasan seorang guru dalam membantu memahami masalah dengan benar, yang kita dapatkan dari sebuah keterangan.

Teori dalam kitab atau buku itu menurut saya merupakan ilmu tersendiri. Lalu untuk mempraktekkan teori tersebut dan mengamalkan pemahaman dengan benar atas ilmu yang kita dapatkan tadi juga ada ilmunya sendiri. Karena kebanyakan teori dalam kitab itu ya sebatas teori "mentah" tanpa penjelasan.

Makanya ada istilah, ilmu yang benar tapi salah penempatan. Salah mengartikan. Mungkin, akibat kebiasaan manusia yang seringkali mengalami bias konfirmasi akibat tak ada bimbingan guru.

Semisal kita memahami sesuatu. Seolah sudah paham, lalu membuat kesimpulan. Padahal kita gak tahu ini ilmunya untuk situasi seperti apa, kondisi bagaimana. Repot kalau tidak memiliki guru. Bisa jadi nanti salah menempatkan pemahaman tersebut.

Apa yang banyak kita pahami dari Islam kebanyakan hanya sebatas bagian luarnya saja. Butuh guru yang menjelaskan, keterangan ini maksudnya demikian. Kadang kita sekilas salah paham dengan teks tertulis dari sebuah kitab.

Salah satu tujuan ditulisnya sebuah kitab itu untuk membentuk teori sekuat-kuatnya. Dan bagaimana dari landasan teori tersebut, malakah keilmuan akan terbentuk. Kitab adalah salah satu wasilah dan sarana dalam memahami agama. Dan guru akan menjadi "penyempurnaan" dalam kita makin memahami agama.

Artinya, tidak cukup dengan hanya kitab dan buku. Tapi butuh guru juga. Paham agama secara mendalam sekalipun, namun dari belajar otodidak, tanpa bimbingan guru, bagi saya ibarat orang yang baru menempuh jarak separo dari akhir sebuah rihlah ilmiah.

Artinya, baru paham kitab, baru paham akan teori. Dan baru setengah jalan. Sebab praktiknya, saya kira butuh guru untuk membimbing dalam penempatan teori tersebut dengan benar.

"Ini teori pas untuk disini. Jangan ditempatkan disini. Ini maksud sebenarnya demikian. Ini masalah 'am. Ini khos." Dan seterusnya. Hampir mustahil rasanya untuk tahu hal semacam itu tanpa adanya guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun