Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Film "The Post" Garapan Stephen Spielberg yang Menyingkap Peran Sejati Jurnalistik

12 Mei 2020   04:41 Diperbarui: 12 Mei 2020   05:02 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang disampaikan wartawan tentang kebenaran adalah nyata. Iya, itulah yang terjadi. Apa yang anda baca. Tapi mungkin anda gak akan mendapatkan kenyataan utuh. Sebab gak semua hal disampaikan kepada publik.

Ada yang diekspos, dan ada yang sengaja ditutup-tutupi. Dan menurut saya, kita sebagai masyarakat gak mungkin mendapatkan kenyataan secara utuh jika hanya mengandalkan bacaan berita.

Media masa harusnya selalu bersikap netral. Tidak memihak. Tidak sekedar memburu popularitas. Tapi benar-benar niat menyampaikan kebenaran. Tidak memburu berita yang memancing kontroversi. Tidak memelintir kata-kata.

Sebab mereka juga punya tanggung jawab akhirat. Apa yang disampaikan, jika menimbulkan salah paham dan salah persepsi, akan gak baik juga. Apalagi jika yang ditampilkan adalah fakta yang salah.

Gak gampang hidup di dunia jurnalistik. Karena mempertimbangkan banyak hal. Siapa sasaran pembaca, apakah ada imbas negatif dari berita yang dimuat, persaingan yang ketat dengan surat kabar lain, dan banyak intrik lain yang hanya diketahui oleh mereka yang memang hidup di dunia jurnalistik.

Apalagi sekarang sudah masuk era industri 4.0 dan banyak media cetak yang gagal bersaing. Banyak yang tutup seperti Newsweek, Glamour, The Forward, bahkan The Independent.

Kalau di Indonesia, seperti Jakarta Globe, koran Tempo minggu, dan yang paling menghentak saya adalah Tabloid Soccer dan harian Bola. Padahal saya dulu suka membaca karikatur si Gundul di harian Bola. 

Kabar lain yang juga saya sayangkan adalah tidak berjalannya lagi Majalah Misykat Lirboyo. Majalah pondok pesantren saya. Terkikis oleh kecanggihan teknologi informasi.

Sekarang ini, media cetak tantangannya berat luar biasa. Kalau gak pandai berinovasi, mungkin harus siap-siap gulung tikar.

***

Dalam mencari referensi bacaan di internet, saya pribadi lebih percaya dengan bacaan bukan dari media online. Lebih baik merujuk ke beberapa platform seperti Kompasiana, Medium, atau forum diskusi. Yang bisa dilacak siapa penulisnya. Meskipun sebenarnya media online juga bisa dilacak, tapi kurang memuaskan bagi saya pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun