Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Alam Bawah Sadar Memengaruhi Alam Sadar Kita?

4 Mei 2020   04:16 Diperbarui: 5 Mei 2020   04:17 6651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gunung es di lautan. (sumber: pinterest.com/srwriter)

Kembali lagi. Saya sampai mengulang inti kalimat ini beberapa kali. Yang ingin saya tekankan adalah ada fakta bahwa orang gak bisa mengendalikan sepenuhnya alam bawah sadar.

Tapi setidaknya orang bisa mengendalikan apa yang dibaca, didengar, dan dilihat supaya membentuk alam bawah sadar yang baik. Agar hal buruk dan lingkungan buruk tidak "diam-diam" mempengaruhi alam bawah sadar kita.

Saya pernah baca ini, dan saya pikir-pikir ada benarnya juga. Jadi, dalam ilmu psikologi, manusia tidak bisa mengendalikan apa-apa yang muncul dalam pikirannya, akan tetapi, manusia bisa mengendalikan bagaimana dia bereaksi terhadap pikiran-pikiran tersebut.

Bisikan setan itu pasti ada. Bisikan nafsu. Bisikan emosi. Tapi kita bisa bereaksi untuk menghindari bisikan-bisikan itu. Dengan menambah pengetahuan kita akan agama dan norma sosial. Tahu mana yang boleh dan tidak boleh secara syariat dan adat. Diperkuat dengan motivasi diri. Dan tentunya juga doa.

Apakah kita bisa memilih untuk gak suudhon sama seseorang? Gak berpikir yang buruk misalnya tentang mereka? Pinginnya sih begitu. Tapi kadang hati lepas kendali. Ujuk-ujuk gak ada yang nyuruh, tiba-tiba saja berpikir hal yang bahkan akal sehat gak mau memikirkannya.

Siapa yang perlu disalahkan? Sudahlah, bahkan syariah sendiri gak menghukumi hal yang lepas kendali sebagai tindakan berdosa. Asalkan gak "naik tingkatan" jadi 'azm ataupun keinginan kuat. Tapi suudhon itu tetap gak boleh ya... Apapun alasannya.

Ya mau diakui atau tidak, memang begitulah cara otak terbentuk dan bekerja. Kata seseorang, menyalahkan cara kerja otak seperti itu sebenarnya adalah tanda ketidakdewasaan seseorang. Bentuk dari usaha melindungi diri yang primitif.

Dengan merasa nyaman atau merasa lebih mulia, merasa ada bukti untuk pembenaran diri agar diterima oleh lingkungan. Mungkin terdengar seperti sebuah paradoks. Tapi cobalah pikirkan itu kembali. Itu bagi saya sebetulnya seperti menilai diri sendiri dengan penilaian berlebihan, dan berusaha mencari pembenaran dengan segala cara kalau diri sendiri itu sama sekali gak bersalah.

Dengan cara bilang kalau setan lah yang sebenarnya paling salah karena membisikkan sesuatu. Teman lah yang salah karena mengajak begini begitu. Televisi lah yang salah karena menyiarkan berita hoaks.

Lah, coba pikirkan dengan hati yang jernih, salah sendiri mau nonton tv dan salah sendiri mau mendengarkan bisikan setan? Aslinya kita bisa kok padahal menyaring hal tersebut.

Salah sendiri karena gak bisa mengendalikan lingkungan dan alam sadar, untuk mengontrol apa yang dibaca, dilihat, dan didengar. Kenapa masih menyalahkan orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun