Singkat kata, sikap manusia dikendalikan oleh nafsu dan emosi dalam hati. Tapi manusia gak sadar. Luar biasanya, akal sehat manusia hanya berperan sangat kecil menurut penelitian tadi.
Kondisi-kondisi "terpaksa" seperti itulah kadang yang diluar kendali manusia itu sendiri. Bisakah manusia mengendalikan sepenuhnya alam bawah sadar mereka? Menyuruh hati untuk bahagia saat alam sadar ingin bahagia? Menyuruh untuk memilih jatuh cinta dengan siapa. Menyuruh untuk menangis. Menyuruh untuk apalah. Kadang itu diluar kendali.
Makanya penting saya kira untuk mengenali karakter alam bawah sadar kita sendiri. Penting juga membaca dan mengenali diri kita sendiri. Sampai sekenal-kenalnya. Sehingga dalam beberapa kondisi, alam sadar dan akal sehat lebih bisa mengontrol dan menebak kemana dan bagaimana arahnya.
Setidaknya agar gak jadi orang yang terlalu emosional. Ataupun terlalu mudah kecewa. Atau mungkin sikap lain yang kurang baik. Itu jika kita mengacu pada penelitian psikologi diatas. Saya pikir ada benarnya kok.
Literatur klasik juga menarik membahas kajian ini. Saya gak membandingkan sama sekali tapi. Tendensinya mungkin saja berbeda. Berangkat dari prolog dan premis yang gak sama.
Dan saya hanyalah awam yang gak berani memvonis. Saya cuma mencatat. Dan menguraikannya kembali, agar jika memang salah, ada yang berbaik hati mau membenarkan.
Beberapa kali saya mengikuti kajian Kimiyai Sa'adah, walaupun baru versi terjemahan. KH. Muhammad Ma'mun alhamdulilah berkenan mengampu kajian tersebut.
Imam Ghazali juga mengajak kita untuk mengenali hati kita sendiri. Dalam karya beliau tersebut.
Saya lebih ikut keterangan imam Ghazali, bahwa sebenarnya manusia fitrah sejatinya adalah "fitrah malaikat". Bukan fitrah binatang, atau bahkan setan. Makanya mungkin dari situlah kita dianjurkan untuk mengenali diri sendiri, sekenal-kenalnya. Agar lebih bisa mengendalikan fitrah sejati dalam perihal insaniyah.
Ada salah satu dawuh yang menurut saya sangat rawan disalah pahami terkait pengenalan diri sendiri. Dawuh man 'arafa nafsah, fadod 'arafa rabbahu.Â