Padahal pasukan Rommel di korps Afrika sangat sedikit. Dalam pertempuran sebelum sampai ke El-Alamein (kalau perang El-Alamein bulan Oktober-November 1942) dimana Rommel terus menerus menang, pasukannya tanggal 30 Juni 1942 sekitar kawasan Libya-Mesir menurut data di buku PK. Ojong hanyalah 44 tank. Padahal jarak logistik di pelabuhan Beghazi dengan medan tempur mencapai ratusan mil. Ditambah lagi pesawat pemburu Jerman yang bertugas melindungi dari udara katanya gak begitu bisa mengimbangi laju infanteri dan kavaleri.
Situasi Rommel makin genting. Mendekati El-Alamein, di Matruh Rommel katanya hanya punya 26 tank saja. Dan bisa dikatakan tak dilindungi kekuatan udara sama sekali. Lalu tanggal 24 Juni 1942 M, ketika Rommel benar-benar melintasi perbatasan Mesir, konon sisa tank miliknya hanya 12 atau 13 buah. Luar biasa. Kekuatan sekecil itu bisa memojokkan Inggris sampai El-Alamein. Silahkan cek kembali jilid pertama buku Perang Eropa PK. Ojong kalau kesimpulan saya salah.
Ancaman terbesar Inggris adalah jika sampai Rommel sampai ke ujung Mesir dan menguasai terusan Suez. Bisa kita bayangkan nasib jalur logistik laut sekutu mungkin akan terputus menuju Asia. Tapi entahlah.
Kita tahu Rommel sulit mendapatkan logistik dari Jerman. Karena konvoi laut yang mengangkut suplai banyak yang dikaramkan angkatan laut dan udara sekutu. Waktu itu Inggris menguasai Malta. Artinya wilayah menuju pelabuhan Beghazi dan Tripoli tidak aman bagi jalur suplai logistik Jerman. Terlebih mulai bulan Juli 1941 intelijen Inggris diam-diam berhasil membobol Enigma. Inggris bisa sewaktu-waktu mencegat pesan dari Berlin jika ada kapal suplai yang hendak dikirim untuk Rommel.
Lebih gawat lagi, kita tahu di Mesir ada lapangan udara Inggris. Katanya, diam-diam Rommel juga menjalin kerjasama dengan kaum bawah tanah di Mesir. Gerakan kemerdekaan Mesir yang gak suka dengan Inggris menjalin hubungan dengan Rommel. Inilah detil peristiwa yang saya suka dari kisah Afrika Korps pimpinan Rommel. Hebat sekali Rommel selalu menang. Kejeniusan itulah mungkin yang membuat namanya harum, dan pangkatnya cepat naik tajam.
Kita tahu kisah selanjutnya. Mencapai El-Alamein, Rommel akhirnya kalah. Entahlah disamping satu sisi sumberdaya miliknya sudah hampir habis, Inggris mengangkat Jenderal baru. Auchinleck yang oleh Churchill disebut "gak becus" akhirnya dipecat. Digantikan jenderal Harold Alexander. Jenderal Alexander bekerjasama dengan Montgomery. Musuh yang sepadan kalau boleh saya bilang.
Inggris di Afrika nampak sangat kewalahan menghadapi Rommel seorang diri. Aslinya gak seorang diri. Rommel bersama Italia. Tapi kok saya melihat kurang solid kerjasama Jerman-Italia di palagan Afrika. Gosipnya, sudah menjadi rahasia umum kalau Rommel dan panglima pasukan Italia di Afrika, Marsekal Ugo Cavallero, tidak saling menyukai satu sama lain. Meskipun begitu, Rommel diketahui mempunyai hubungan yang dekat dengan para komandan Italia di level lebih bawah yang berjuang langsung bersama dirinya di medan pertempuran.
Entahlah. Bagaimana menurut anda?
Dalam sebuah sumber dikatakan, memang peralatan Italia di front Afrika sangat buruk. Meriam-meriam artileri hasil rampasan dari pasukan Austria dalam Perang Dunia Pertama. ketika menghadapi mesin perang sekutu, jelas gak berdaya. Saat seorang perwira Italia mencoba membela diri dengan mengatakan anak buah mereka bukan pengecut, Rommel justru menyalahkan pemerintah mereka. Konon Rommel bilang, "Siapa yang mengatakan anak buahmu pengecut? Atasanmu di Roma lah yang harusnya dipersalahkan. Mengirim kalian ke medan pertempuran dengan peralatan perang yang begitu buruk."
Menghadapi Rommel, Inggris sampai mengganti jenderal beberapa kali. Mohon dikoreksi kalau saya salah. Pertama ada jenderal Alan Cunningham. Dipecat, diganti Jenderal Neil Ritchie. Atasan mereka berdua juga bernasib sama. Pertama Archibald Wavel. Diganti Auchinleck. Auchinleck juga dipecat. Dan diganti lagi dengan jenderal Harold Alexander. Sementara Ritchie diganti dengan Montgomery. Artinya Montgomery masih bawahan Harold Alexander. Tapi lebih harum namanya. Jenderal Alexander sebagai komandan seluruh Middle-East. Sementara Montgomery sebagai komandan tentara ke 8.
Montgomery ini kalau saya ibaratkan sesuai penilaian jenderal Von Thoma, adalah satu-satunya marsekal dalam perang dunia yang belum pernah kalah. Kalau di dunia UFC mungkin dia adalah umpamanya Khabib Nurmagomedov yang punya rekor tak terkalahkan. Bayangkan sendiri lah seperti apa.