Satu kekaguman saya adalah, sikap Winston Churchill yang demikian optimis. Dia sangat percaya diri. Dan mempertahankan pendapatnya. Meskipun dalam kondisi yang terpuruk di awal-awal perang, Churchill tetap memiliki keyakinan kuat.
Salah satu ujian pertama paling berat untuk keputusan Churchill adalah peristiwa di Dunkrik. Inggris hampir saja kehilangan "seluruh" tentara paling terlatih mereka disana. Hampir saja, jika Hitler tidak ikut campur menahan laju pasukan jenderal Heinz Guderian yang tinggal selangkah lagi menangkap mereka. Churchill bisa dibilang sangat beruntung atas suksesnya Operation Dynamo. Itu salah satu operasi militer paling unik dan ajaib yang pernah saya tahu. Andaikan saja pasukan di pantai Dunkrik itu ditawan, Inggris bisa dikatakan "tak lagi memiliki tentara" untuk berperang. Itu setahu saya.
Churchill "mengorbankan" ribuan orang di Calais untuk mengalihkan sementara perhatian Jerman dari Dunkrik. Sementara evakuasi dilakukan. Itu tentu saja dikecam banyak orang. Saya gak mau menilai, tapi mungkin itu terlihat lebih baik. Memancing dengan nyawa sekitar 4000 orang, daripada sekitar 400.000 orang harus ditawan Jerman di Dunkrik. Jika itu anda, apakah keputusan yang akan anda ambil?
Meskipun ada alternatif lain daripada mengorbankan pasukan bunuh diri, dengan mengadakan perundingan perdamaian dengan Jerman, Churchill menolak. Dia memilih bertanggung jawab penuh untuk mengevakuasi 400.000 pasukan. Dan melanjutkan perang. Luar biasa. Saya hanya membayangkan, andaikan saja Operation Dynamo sampai gagal, mungkin saja Winston Churchill akan lengser dari jabatannya sebagai perdana menteri Inggris. Orang sudah tak percaya lagi padanya. Mungkin. Sekali lagi, itu hanya mungkin. Padahal evakuasi pasukan sebanyak itu adalah mission impossible. Angkatan laut Inggris kapalnya gak memadai. Ditambah lagi saat itu Luftwaffe lagi berjaya. Ada adegan saat Churchill menelpon sahabatnya, Presiden Roosevelt. Tapi dengan berat hati Roosevelt berkata tidak bisa melakukan banyak hal. Karena Amerika sekarang dalam posisi netral. Bayangkan sendiri betapa gentingnya suasana.
Halifax menuntut Churchill lebih rasional. Untuk segera melakukan perdamaian. Paris sudah diambang kejatuhan. Dan sebentar lagi, Jerman akan benar-benar menjadi kekuatan terbesar di dunia tanpa tandingan. Produksi masal dan besar-besaran akan membuat kekuatan militer Jerman makin digdaya. Dan akhirnya Inggris akan benar-benar jatuh dalam hitungan waktu. Saat itu Amerika masih netral. Jadi Inggris benar-benar sendirian. Tapi Churchill tetap tidak mau berdamai dengan Hitler.
Churchill minta tolong kepada laksamana Ramsey untuk menyukseskan operasi di Dunkrik. Meskipun Inggris kekurangan kapal, ada inisiatif untuk meminta bantuan sipil. Militer "meminjam" kapal dan tenaga mereka untuk membantu evakuasi. Karena jelas Amerika gak bisa membantu. Amerika masih netral. Kita bisa lihat detil hiruk pikuk langsung peristiwa ini di film karya Christopher Nolan.
Perang itu ya bukan masalah aksi di lapangan saja. Tapi juga terkait masalah  strategi. Harus melihat sisi kemanusiaan. Dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Dalam Darkest Hour, Halifax memaksa Churchill melakukan negosiasi damai. Dia bahkan sampai mengancam untuk mengundurkan diri dari kabinet. Ini benar-benar genting. Mengakhiri perang, dan mengakui kekalahan Inggris. Atau melanjutkan perang dengan kemungkinan yang serba tidak pasti. Churchill kini tidak hanya menghadapi Hitler di Eropa. Tapi juga menghadapi orang terdekat yang tidak mendukung prinsipnya.
Hampir saja Churchill melakukan negosiasi. Karena terus menerus mendapatkan tekanan. Meskipun itu juga berarti Inggris akan kehilangan muka. Setidaknya daripada mengalami kehancuran total.
Saya gak mengatakan urusan ini merembet ke persoalan pribadi antara Churchill dan Hitler, seperti gosip yang berkembang dalam perang dengan Soviet. Yang katanya juga ada sentimen dan persaingan personal antara Hitler dan Stalin. Seperti kita lihat betapa dahaga ambisi Hitler yang mengabaikan segala risiko demi menguasai Stalingrad. Kota Stalin. Terlalu berlebihan rasanya. Sebab ini adalah urusan negara yang tentunya harus lebih bijak dalam menilainya. Inggris bukan milik Churchill, sebagaimana Jerman bukan milik Hitler seorang. Kita harus ingat itu.
Lebih mudah untuk menilai dan mengatur seseorang. Apalagi sekedar memberikan kritik. Padahal jika jadi mereka, belum tentu kita mampu berbuat lebih baik.