Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "The Darkest Hour" Kisah di Balik Layar Peristiwa Dunkrik

25 April 2020   05:15 Diperbarui: 25 April 2020   06:24 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya gak akan mengatakan apakah Jerman yang terlalu berambisi, atau Inggris yang tidak mau menempuh jalan lain kecuali perang. Saya tidak tahu kondisi politik dan tak mau berburuk sangka pada dendam masa lalu perang dunia pertama.

Tapi yang jelas Neville Chamberlain telah menyeret eropa pada perang dunia kedua. Entahlah andai saja ajakan Hitler untuk berdamai dia setujui. Akan jadi seperti apa sejarah masa kini.

Sebab kita tentunya harus memperhatikan juga perasaan rakyat Polandia yang lagi-lagi jadi korban. Entahlah korban permusuhan "abadi" antara sosialis dan komunis. Dugaan saya, Polandia sebenarnya cuma dimanfaatkan sebagai jalan pembuka untuk menyerang Soviet. 

Manis sekali sandiwara politik dari Hitler dengan membikin perjanjian non agresi molotov ribbentrop. Polandia menurut saya hanya ibarat sama seperti Belanda dan Belgia yang setahu saya juga merupakan korban dari taktik jenderal Mainstein untuk Operation Fall-Gelb.

Tidak bijak rasanya kalau selalu mengaitkan Jerman pada perang dunia kedua dengan Nazi, Holocaust, atau lebensraum. Sebab rakyat Jerman juga sejatinya adalah korban perang. Korban pemerintah mereka sendiri.

Saya pernah baca mereka yang hidup di Jerman sekarang amat sensitif dengan kata Werchmart, Luftwaffe, atau bahkan salib iron cross. Jangan mengatakan hal tersebut di depan umum jika anda berwisata ke Jerman. Atau anda akan dipandang dengan tatapan sinis. Kata seseorang.

Kemarin saya untuk kedua kalinya nonton film Darkest Hour. Ini film tentang Winston Churchill yang diperankan oleh Gary Oldman. Pertama kali saya menonton masih saya skip dan skip, karena gak paham dan gak bisa menikmati. Gak tahu menahu sejarah Inggris di perang dunia. Kedua kali saya menonton saya berharap bisa mengerti. Setelah sebelumnya lebih dulu berburu bacaan tentang perdana menteri "nyentrik" pengganti Neville Chamberlain tersebut.

Jadi, saya selalu berharap ada kawan-kawan yang mau membetulkan kesimpulan saya kalau saya salah. Saya masih mencoba belajar.

***

Mungkin habis sudah kesabaran Inggris dan Perancis atas manuver-manuver pemerintahan Jerman. Aneksasi Cekoslovakia, dan aneksasi daerah lain dibiarkan saja. Karena Inggris gak ingin ada peperangan. Peningkatan jumlah pasukan yang siginifikan menyalahi perjanjian Versailles juga ditoleransi.

Tapi saat tentara Hitler menginvasi Polandia, Inggris mungkin sudah tak tahan lagi. Pikir saya mungkin mereka bilang, "ini kalau dibiarkan terus menerus Hitler bakalan kelewatan." Akhirnya Inggris menyatakan Perang. Dan Perancis juga menyatakan perang. Sesuatu yang sama sekali gak diduga oleh Hitler. Setahu saya, Hitler tidak memperkirakan akan jadi masalah sebesar ini. Entahlah. Bagaimana menurut anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun