Mohon tunggu...
Kampret Semedi
Kampret Semedi Mohon Tunggu... -

Manusia yang baru belajar menulis, sehabis semedi, agar bisa turut sekedar berbagi , meski hanya berita basa basi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Hebat!

7 Juni 2016   13:45 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa tidak ingin bisa menuliskan cerita hebat, yang akan dikenang oleh banyak orang, diingat sepanjang masa, apalagi menjadi sumber royalti karena dicetak bukunya berkali kali .

Aku Kampret Semedi, sangat ingin bisa menulis satu saja cerita hebat, untuk kubanggakan pada anak cucu tetangga . (Maklum belum punya anak cucu sendiri, jadi tetanggapun bolehlah diaku). Bukan karena ingin uang sangu lebih, tapi kalau dikasih KS tidak pernah menolak rejeki. Berguru sampai ke Semeru, bersemedi sampai ke gunung Lawu, demi mencari kitab, ehhhh, menulis kitab yang bisa bercerita dan melegenda. Seperti Mahabarata atau Ramayana, seperti Kera Sakti atau Siluman Ular putih, atau bolehlah bila bisa  seperti kisah Petruk Gareng dan Semar.

Sering aku duduk semedi, kala makan , kala jongkok, kala berdiri, kala bekerja, kala main game, atau kala kala lainnya, mencari sepenggal ide, sepenggal judul atau bahan apa sajalah, yang bisa menjadi sebuah cerita.

Duduk dengan kening berkerut kerut , macam jeruk purut, jari mengantung diatas keyboard, menunggu ilham datang, tapi tak datang datang. Duduk juga tercenung di WC toilet **sensor**, si Ide tak kunjung bertandang , (malas kali dia datang di WC yang ku ** sensor**). Kuundang dia mampir, saat duduk duduk di warung kopi, siapa tau Ilham, Ide atau Topik senang mampir jika kuajak nongkrong di warung kopi, ehhhhh tidak juga mereka datang.

Kuketik, ku hapus, ku tulis , ku hapus, begitu berkali kali. Jelek, tulisan ini jelek,

Jelek tulisan ini tidak akan dibaca orang.

Jelek tulisan ini pasti membosankan.

Jelek tulisan ini pasti ditertawakan.

Jelek , aku pasti dianggap bodoh bila mempublishkan tulisan ini pada media!

Keningku semakin berkerut, sekarang carut marut lebih jelek dari si jeruk purut.

Istriku heran melihatku, ditanya, Ayah apa yang sedang kamu tulis ? Kenapa mukamu meringis ? 

Ku jawab, aku sedang belajar menulis, agar bisa membuat cerita hebat !!! Cerita yang bisa Melegenda, cerita yang bisa kuceritakan dan ku aku sebagai milikku, meski hanya ku kisahkan dan kuwariskan pada anak cucu tetangga.

Istriku tertawa terbahak bahak !!!!

**Kamp... **Sensor***

Aku ditertawakan olehnya, &&&$####$$$#ERRRRR!!!!!#$$#$#$

Apa yang lucu !!!!

Melihat mukaku asam, istriku berhenti tertawa, dengan suara manis manjanya yang selalu berhasil membuatku jatuh dan lagi lagi jatuh pada hatinya, dia kembali mengingatkanku, arti menulis.

Ayah dulu sebelum jadi Kampret Semedi, ayah tidak perduli mau menulis apa, asal suka, posting , begitu saja, simple. Mau ada yang berkunjung membaca, atau tidak, Ayah tidak pernah ambil pusing. Aku suka ayah yang menulis apa saja, sesuka hati, sebebas nurani, bermain dengan kata dan rasa. Kalau dengan menjadi kampret semedi, lalu menulis menjadi sebuah beban, menjadi sebuah target, lebih baik tidak usah saja ayah menulis. Tidak ada cerita hebat dari orang yang tidak tulus saat menulis !

Byarrrrrrr !!!!! Bagai terguyur air dingin , aku terdiam. 

Ya , aku dulu adalah penulis blog , pada kolom diariku sendiri. Pembaca setiaku hanyalah istri, dan beberapa teman dekat yang kuijinkan mampir dan singgah bila mereka ingin. Tidak menulis untuk konsumsi publik dan media. Kutulis semua suka suka, paling kalau cukup bagus tulisanku , istriku bilang dia suka, kalau jelek, paling dibilang basi, tulisan ayah basi. 

Kenapa sekarang ada sedikit ambisi, dari seorang yang katanya sudah ratusan hari bersemedi ? Untuk membuat sebuah cerita hebat ?

Cerita yang bisa melegenda ? Meski semua penulis , tentu berharap suatu saat kelak ada sebuah cerita hebat yang bisa lahir dari guratan penanya, namun apakah lantas menulis tidak lagi bisa menjadi kesenangan belaka, menulis hanya menjadi murni karena keinginan untuk saling berbagi arti , berbasa basi dan  saling bersilahtuhrami ?

Ah , maafkan aku penaku, mungkin sudah ada keinginan yang menyelip diam diam , tanpa kusadari, atau pura pura tidak kusadari,  untuk mengambil lebih porsi yang bukan seharusnya kumiliki, yaitu sebuah kesombongan ! Keinginan untuk diakui, sebagai penulis yang handal, penulis cerita cerita hebat. Ah Penaku maafkan aku,  bila cerita hebat belum menjadi jatahku kini, paling tidak mampukan aku untuk menjadi penulis hebat ! Penulis yang lepas bebas, menulis tanpa beban, menuliskan apa yang dipandangnya baik dan buruk, berbagi kisah kisah  , baik biasa maupun luar biasa, dalam kerendah hatian. Penulis yang menjadikan pujian dan hinaan dengan sama baik dan buruknya. Sekarang Penaku, kau bebas menulis, mungkin tidak lagi dibawah naungan kampret semedi , atau bilapun ya, ingatkan aku, bahwa kau memiliki hak berekspresi, membagi mimpi mimpi, cerita, dalam warnamu sendiri, dalam caramu sendiri, tidak perlu menjadi cerita hebat  yang melegenda, cukuplah bila kamu menari bebas dalam gayamu sendiri !

Kembali semedi, kampret belum lulus dan tahan uji .

Salam semedi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun