Ku jawab, aku sedang belajar menulis, agar bisa membuat cerita hebat !!! Cerita yang bisa Melegenda, cerita yang bisa kuceritakan dan ku aku sebagai milikku, meski hanya ku kisahkan dan kuwariskan pada anak cucu tetangga.
Istriku tertawa terbahak bahak !!!!
**Kamp... **Sensor***
Aku ditertawakan olehnya, &&&$####$$$#ERRRRR!!!!!#$$#$#$
Apa yang lucu !!!!
Melihat mukaku asam, istriku berhenti tertawa, dengan suara manis manjanya yang selalu berhasil membuatku jatuh dan lagi lagi jatuh pada hatinya, dia kembali mengingatkanku, arti menulis.
Ayah dulu sebelum jadi Kampret Semedi, ayah tidak perduli mau menulis apa, asal suka, posting , begitu saja, simple. Mau ada yang berkunjung membaca, atau tidak, Ayah tidak pernah ambil pusing. Aku suka ayah yang menulis apa saja, sesuka hati, sebebas nurani, bermain dengan kata dan rasa. Kalau dengan menjadi kampret semedi, lalu menulis menjadi sebuah beban, menjadi sebuah target, lebih baik tidak usah saja ayah menulis. Tidak ada cerita hebat dari orang yang tidak tulus saat menulis !
Byarrrrrrr !!!!! Bagai terguyur air dingin , aku terdiam.Â
Ya , aku dulu adalah penulis blog , pada kolom diariku sendiri. Pembaca setiaku hanyalah istri, dan beberapa teman dekat yang kuijinkan mampir dan singgah bila mereka ingin. Tidak menulis untuk konsumsi publik dan media. Kutulis semua suka suka, paling kalau cukup bagus tulisanku , istriku bilang dia suka, kalau jelek, paling dibilang basi, tulisan ayah basi.Â
Kenapa sekarang ada sedikit ambisi, dari seorang yang katanya sudah ratusan hari bersemedi ? Untuk membuat sebuah cerita hebat ?
Cerita yang bisa melegenda ? Meski semua penulis , tentu berharap suatu saat kelak ada sebuah cerita hebat yang bisa lahir dari guratan penanya, namun apakah lantas menulis tidak lagi bisa menjadi kesenangan belaka, menulis hanya menjadi murni karena keinginan untuk saling berbagi arti , berbasa basi dan  saling bersilahtuhrami ?