Pagi-pagi sekali, saya memulai perjalanan menuju Goa Jomblang, salah satu destinasi wisata alam yang paling terkenal di Jogja. Perjalanan menuju goa ini cukup menantang, terutama karena harus menuruni tebing menggunakan tali untuk mencapai dasarnya. Awalnya, saya merasa gugup, tetapi dengan bantuan para pemandu yang profesional, saya berhasil melewati tantangan tersebut. Saat sampai di dasar goa, saya langsung disambut dengan pemandangan luar biasa, yaitu 'cahaya surga' yang menembus celah-celah dinding goa. Pemandangan ini benar-benar memukau dan sulit digambarkan dengan kata-kata. Saya menghabiskan waktu cukup lama di dalam goa, mengambil foto dan mendengarkan penjelasan pemandu tentang proses pembentukan goa dan ekosistem unik yang ada di dalamnya.
Setelah puas menjelajah Goa Jomblang, saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Indrayanti. Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang bersih dan pemandangan laut biru yang menenangkan. Saya menikmati makan siang dengan menu seafood segar di salah satu warung pinggir pantai. Ikan bakar, cumi goreng, dan sambal khas yang pedas benar-benar memanjakan lidah saya. Setelah makan, saya berjalan-jalan di sepanjang pantai, mengumpulkan kerang-kerang kecil yang terdampar di pasir, dan bermain air di tepi laut. Saat matahari mulai terbenam, suasana di pantai menjadi semakin indah. Langit yang berubah warna menjadi oranye keemasan menciptakan pemandangan yang sangat romantis dan menenangkan.
Tidak hanya itu, saya juga mencoba aktivitas seru lainnya seperti bermain voli pantai bersama pengunjung lain dan menyewa kano untuk menjelajahi perairan sekitar. Menikmati angin laut yang sejuk sambil mendayung kano memberikan pengalaman yang sangat menyenangkan. Sebelum pulang, saya duduk di tepi pantai, merenungkan perjalanan hari itu sambil menikmati suara deburan ombak yang menenangkan.
Hari Ketiga (28 Desember)
Hari ketiga saya dedikasikan sepenuhnya untuk menikmati kuliner khas Jogja dan berburu oleh-oleh. Pagi hari saya awali dengan mencicipi gudeg di salah satu warung legendaris di kawasan Wijilan. Gudeg yang manis berpadu sempurna dengan sambal krecek yang pedas, menciptakan harmoni rasa yang luar biasa. Tidak lupa, saya mencoba wedang uwuh, minuman tradisional yang terbuat dari berbagai rempah-rempah, yang memberikan rasa hangat di tubuh.
Setelah itu, saya berkeliling Malioboro untuk mencoba kuliner lainnya seperti pecel pincuk, bakmi Jawa, dan sate klathak. Setiap hidangan memiliki rasa yang khas dan menggugah selera. Saya juga menemukan warung kecil yang menjual serabi kuah santan, sebuah camilan tradisional yang lezat.
Selanjutnya, saya berjalan-jalan di kawasan Malioboro untuk mencari oleh-oleh. Selain kain batik, saya juga membeli aneka makanan khas seperti bakpia, geplak, dan wingko babat. Saya sempatkan juga mengunjungi Pasar Beringharjo yang terkenal dengan koleksi kain batik dan kerajinan tangan tradisional. Suasana pasar yang ramai memberikan pengalaman belanja yang unik dan menyenangkan. Selain itu, saya menemukan toko kecil yang menjual kerajinan perak khas Kotagede, yang langsung saya beli sebagai hadiah untuk keluarga di rumah.
Hari Keempat (29 Desember)
Hari ini saya mengunjungi dua candi yang paling terkenal di Jogja, yaitu Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Di Prambanan, saya terpesona dengan kemegahan arsitekturnya yang penuh detail. Relief-relief yang menghiasi dinding candi menceritakan kisah-kisah epik dari Ramayana, dan saya belajar banyak tentang sejarah Hindu di Jawa dari pemandu wisata.
Sore harinya, saya menuju Candi Ratu Boko untuk menikmati sunset. Dari atas tebing, saya menyaksikan matahari perlahan tenggelam di balik cakrawala, menciptakan pemandangan yang sangat menakjubkan. Suasana di Ratu Boko sangat tenang, menjadikannya tempat yang sempurna untuk bersantai dan merenung.
Malam harinya, saya menonton pertunjukan Sendratari Ramayana. Pertunjukan ini memadukan tarian tradisional, musik gamelan, dan pencahayaan dramatis yang menciptakan suasana magis. Saya benar-benar terpesona dengan keindahan seni budaya Jawa yang ditampilkan dalam pertunjukan ini.