Rumah makan Pak Nasir berdinding konstruksi kayu, di bagian depan di tempel spanduk bertuliskan 'Rumah Makan Bebek Kuntilanak Pak Nasir' lengkap dengan nomor handphone, 0852 3850 2520.
Masuk ke dalam, seorang pria tua menyambut hangat kedatangan kami. Dia adalah Muhammad Nasir, 63 tahun, pemilik rumah makan bebek kuntilanak.Â
Kami duduk lesehan di atas tikar pandan, kobokan sudah disiapkan. Menambah kesan sederhana dan tradisional. Di dalam ruangan berukuran 5x7 itu kita dapat merasakan sensasi seperti pulang ke rumah nenek di kampung halaman.
Di pojokan terdapat tungku dapur tradisional, lengkap dengan kari bebek yang sudah di masak. Lima kipas angin bergantung, dibiarkan tak menyala, hawa sejuk masih menyelimuti kami.Â
Tak perlu menunggu lama, tiga gelas air putih hangat disajikan. Air putih dengan aroma dan rasa pandan itu menambah selera makan malam.Â
"Untuk nasi tarok sendiri sepuasnya," ucap Nasir akrab disapa Pak Nasir saat menghidangkan kari bebek. Mengikuti instruksi, kami langsung beranjak dari duduk, mengambil nasi secukupnya.
Bebeknya lumayan lembut, rempah di kuahnya juga terasa. Awalnya tidak pedas, tapi saat nasi sudah habis baru terasa pedas karena rempahnya di lidah. Di kuahnya juga ada kelapa yang diparut kasar yang bersumber dari kelapa gonsengnya. Menambah tekstur dan rasa kuahnya.
Saat sedang makan itu pula, Pak Nasir yang duduk tidak jauh dari kami, mulai berbincang ihwal sejarah nasi bebek kuntilanak. Kata Pak Nasir rumah makan bebek kuntilanak miliknya itu sudah ada sejak tahun 90-an.Â
"Pada tahun 1994, dalam kurun waktu tersebut saya mulai berdagang nasi bebek ini," ujarnya.