Bebeknya lumayan lembut, rempah di kuahnya juga terasa. Awalnya tidak pedas, tapi saat nasi sudah habis baru terasa pedas karena rempahnya di lidah. Di kuahnya juga ada kelapa yang diparut kasar yang bersumber dari kelapa gonsengnya. Menambah tekstur dan rasa kuahnya.
***
Larut malam ! Minggu, 24 September 2022, saya menatap ke arah langit sembari mengangkat tangan meraba hujan dan memastikan hujan deras yang turun sejak magrib tadi sudah reda. Meninggalkan basah pada aspal Jalan Soekarno - Hatta, Lampeuneurut, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.
Mobil meluncur, Hendri memiliki tanggung jawab penuh pada kursi kemudi, di sampingnya, Haya. Sementara saya, duduk di kursi tengah sendiri.Â
Jalanan lengang efek cuaca sejuk tengah malam. Toko-toko di sepanjang jalan tutup lebih awal. Lampu pinggir jalan tampak ragu memancarkan cahaya.
Hawa sejuk menyelimuti Aceh Besar dalam pekat kegelapan tengah malam dan keheningan. Perut pun menjadi lapar, setelah berunding, kami bertiga sepakat makan malam di 'Rumah Makan Bebek Kuntilanak Pak Nasir'.
Rumah makan Pak Nasir atau sering disebut nasi bebek kuntilanak berlokasi di Gampong Turam, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar. Berada di pelosok, benar-benar jauh dari keramaian kota. Berjarak 10 kilometer dari Jalan Soekarno - Hatta, Aceh Besar.
Hendri mengendarai mobil santai, hanya 40 kilometer per jam. Kiri dan kanan jalan terhampar pelataran sawah yang luas tak berujung karena ditutupi gelap malam. Hanya ada satu dua sepeda motor yang lalu lalang.
Kami memasuki Gapura Gampong Turam. Lalu disambut lorong kecil rabat beton hanya muat satu unit mobil. Kiri kanan hanya ada semak belukar yang menelungkupi jalanan.
Sepi dan gelap, hanya lampu mobil sebagai sumber cahaya. Setelah melewati jalan sempit yang berliku, akhirnya tibalah kami di rumah makan bebek kuntilanak Pak Nasir.
Rumah makan Pak Nasir berdinding konstruksi kayu, di bagian depan di tempel spanduk bertuliskan 'Rumah Makan Bebek Kuntilanak Pak Nasir' lengkap dengan nomor handphone, 0852 3850 2520.
Masuk ke dalam, seorang pria tua menyambut hangat kedatangan kami. Dia adalah Muhammad Nasir, 63 tahun, pemilik rumah makan bebek kuntilanak.Â
Kami duduk lesehan di atas tikar pandan, kobokan sudah disiapkan. Menambah kesan sederhana dan tradisional. Di dalam ruangan berukuran 5x7 itu kita dapat merasakan sensasi seperti pulang ke rumah nenek di kampung halaman.
Di pojokan terdapat tungku dapur tradisional, lengkap dengan kari bebek yang sudah di masak. Lima kipas angin bergantung, dibiarkan tak menyala, hawa sejuk masih menyelimuti kami.Â
Tak perlu menunggu lama, tiga gelas air putih hangat disajikan. Air putih dengan aroma dan rasa pandan itu menambah selera makan malam.Â
"Untuk nasi tarok sendiri sepuasnya," ucap Nasir akrab disapa Pak Nasir saat menghidangkan kari bebek. Mengikuti instruksi, kami langsung beranjak dari duduk, mengambil nasi secukupnya.
Bebeknya lumayan lembut, rempah di kuahnya juga terasa. Awalnya tidak pedas, tapi saat nasi sudah habis baru terasa pedas karena rempahnya di lidah. Di kuahnya juga ada kelapa yang diparut kasar yang bersumber dari kelapa gonsengnya. Menambah tekstur dan rasa kuahnya.
Saat sedang makan itu pula, Pak Nasir yang duduk tidak jauh dari kami, mulai berbincang ihwal sejarah nasi bebek kuntilanak. Kata Pak Nasir rumah makan bebek kuntilanak miliknya itu sudah ada sejak tahun 90-an.Â
"Pada tahun 1994, dalam kurun waktu tersebut saya mulai berdagang nasi bebek ini," ujarnya.
Dahulu, Pak Nasir setiap pagi menjajakan nasi bebek dengan cara menitip di warung-warung. Setiap pagi, Pak Nasi memasukkan 200 nasi yang sudah terbungkus ke keranjang, lalu diantar ke warung.
"Baru sejak konflik, saat ada jaga malam sudah mulai berdatangan orang ke rumah. Setelah itu tidak saya antar ke warung-warung lagi," ungkap Pak Nasir.
Kari bebek dimasak menggunakan api yang bersumber dari kayu. Bahan baku kari bebek Pak Nasir yaitu kelapa gonseng, cabai, bawang, garam, kunyit dan lain sebagainya, tanpa menggunakan santan, apalagi penyedap buatan. Semua bahan baku itu digiling manual.
Selain kari bebek, Pak Nasir juga menyediakan menu spesial 'Sie Reuboh' (daging yang direbus khas Aceh). Menu spesial satu ini hanya dimasak saat malam Jumat.Â
"Malam lain tidak ada. Sie Reuboh tahan lama. Jadi kalau tidak habis malam Jumat, masih tersedia di malam berikutnya," sebut pria kelahiran 1960 itu.
Pak Nasir mulai masak sore hari, di bantu oleh anggota keluarga. Bebek yang digunakan bebek Mojosari dan bebek kampung. Rumah makan sendiri mulai dibuka setelah magrib dan tutup sampai habis.
Perporsi nasi bebek kuntilanak Pak Nasir harganya sangat affordable hanya Rp13 ribu. Sementara untuk Sie Reuboh Rp15 ribu. Nasi bisa ditaruh sepuasnya. "Terpenting habis, jangan tidak habis !," tegasnya.
Bertahan di masa konflik, tsunami hingga pandemi
Bisnis bebek kuntilanak Pak Nasir telah berhasil bertahan dan melewati masa-masa sulit, mulai dari konflik, tsunami Aceh, hingga terakhir pandemi Covid-19.Â
Kata Pak Nasir, malah di masa konflik dan tsunami bisnisnya ramai pelanggan. Berbeda dengan konflik dan tsunami, pandemi Covid-19 sedikit membuat bisnisnya surut.
"Saat tsunami, konflik tetap berjalan. Selama pandemi sedikit surut. Sekarang selama pandemi hanya habis beras setengah karung 15 kg dan 5 ekor bebek. Sebelumnya bisa sampai 1 karung dan 10 ekor bebek," ucap Pak Nasir.
"Orang jaga malam rame dulu, termasuk nasi tentara yang berjaga masa konflik kami yang masak," tambahnya.
Pengunjung, kata Pak Nasir, banyak dari kalangan mahasiswa, pernah juga dikunjungi oleh turis dari negeri jiran, dari Jawa. Semenjak ada handphone, semua menjadi mudah, nasi kuntilanak semakin dikenal oleh masyarakat luar.
Tempat yang nyaman dengan pemilik yang sangat ramah. Bersedia berbagi cerita apapun. Serasa makan di rumah sendiri. Buat Anda yang ingin merasakan juga sensasi menikmati sepiring bebek masak Aceh yang kaya bumbu dan rempah khas Aceh, Anda bisa berkunjung kesini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI