Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Quo Vadis Pendidikan Kita; Kesalahan Sistem dan Kurikulum

1 Mei 2017   22:23 Diperbarui: 1 Mei 2017   22:56 4700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merubah Sistem Berbasis Multiple Intelligence.

Sebagaimana yang telah diterapkan di negara2 maju, seyogyanya sistem pendidikan kita menerapkan pola Multiple Intelligence, yang lebih berorientasi pada aspek afektif dan psikomotoris. Menurut Prof. Howard Gardner, penemu teori Multiple Intelligence sebagai reaksi atas konsep pengukuran kecerdasan IQ, bahwa potensi bakat dan kecerdasan setiap orang berbeda-beda.

Menurutnya, mengukur kecerdasan seseorang dengan IQ bukan lagi tidak akurat namun menjadi sangat tidak manusiawi. IQ hanya mengukur kecerdasan dari aspek logika matematika, linguistik dan visual spasial.   Kita harus menghargai potensi setiap orang yang tidak sama, karena masing-masing tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya.  Sungguh tidak etis jika kita menyamaratakan semua orang untuk menerima satu kurikulum.  

Oleh karenanya seharusnya kurikulum pendidikan kita disusun secara tidak sama untuk setiap sekolah maupun daerah. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan lingkungannya, sehingga kurikulum tiap-tiap sekolah berbeda.  Kurikulum di pedesaan yang lingkungannya sawah atau perkebunan tentu berbeda dengan daerah pesisir yang lingkungannya nelayan. Demikian pula untuk daerah kota, industri, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.  Sehingga kurikulum bersifat desentralisasi, masing-masing daerah menyusun kurikulum sesuai kebutuhan.

Disamping kurikulum hal yang perlu ditinjau kembali adalah muatan masing-masing pelajaran.  Penyederhanaan muatan pelajaran dilakukan dengan mengeliminasi materi yang tidak mengandung aspek relevansi dan manfaat jangka panjang.  Mata pelajaran yang perlu dilakukan penyederhanaan muatan diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, geografi, demografi, dan astronomi.  Hal ini tentu akan berpengaruh pada tingkat penyerapan anak didik dalam belajar.

Munif Chatib, penulis buku best seller “Sekolahnya Manusia”  telah mendirikan salah satu sekolah berbasis Multiple Intelligences di Indonesia.  Pada presentasinya di Yayasan Insan Mandiri Cibubur awal April yang lalu, dijelaskan bahwa Sekolah Insan Mandiri Cibubur merupakan sekolah boarding dengan menerapkan sistem pendidikan berdasarkan contoh tentang keberhasilan dari pembelajaran sistem multiple intelligences.

Pola dan kurikulum pendidikan disusun dengan orientasi pada pendidikan karakter (character building), kreatifitas, dan pemecahan masalah (problem solving).  Asas yang digunakan dalam penyusunan kurikulum adalah asas manfaat (benefit), dibutuhkan (discovering), karakter (character building), ilpengtek (science), kontekstual, dan aplikatif.

Sebagaimana di Finlandia, Sekolah Insan Mandiri menjadi pilot project sekolah unggul di Indonesia.  Menurutnya, sekolah unggul adalah sekolah yang unggul dalam proses-prosesnya, bukan unggul dari hasil akhirnya. Jadi sekolah unggul bukanlah “the best input” akan tetapi “the best proses”  

Sekolah unggul bukanlah sekolah yang sangat selektif, yang hanya menerima calon murid pandai melalui serangkaian seleksi ketat. Sekolah unggulan itu adalah yang menerima anak yang bodoh dan nakal, lalu dengan prosesnya yang unggul mengubah mereka menjadi anak yang baik, pintar, dan berkepribadian.  

Output dan Outcome Tidak Selaras.

Suatu ironi bahwa kemampuan dan prestasi pelajar Indonesia yang tergolong tinggi (output) tidak berbanding lurus dengan angka capaian Indeks Pembangunan Manusia (outcome) sebagai indikator penting dalam pengukuran keberhasilan sebuah negara dalam membangun kualitas hidup penduduknya.   Hal itu berarti antara output dan outcome sistem pendidikan kita tidak selaras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun