Mohon tunggu...
Kalila Shessa Krisadiva Basara
Kalila Shessa Krisadiva Basara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa program studi Jurnalistik tahun 2022

Keen to explore and learn new perspective.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tak Lekang Oleh Waktu, Tradisi Sungkeman Jawa Kromo Saat Lebaran Masih Eksis di Masa Kini

16 April 2024   00:40 Diperbarui: 16 April 2024   00:44 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ucapan bahasa jawa kromo inggil ini biasa digunakan dalam tradisi sungkeman, sejak zaman Keraton Jawa hingga masyarakat Jawa modern hari ini. Penggunaan ucapan bahasa Jawa kromo inggil ini merupakan salah satu ajaran toto kromo dalam tradisi sungkeman. 

Hari ini, ucapan permintaan maaf menggunakan bahasa Jawa kromo inggil tidak lagi terbatas ditujukan untuk raja dan kalangan bangsawan, tetapi ditujukan untuk orang tua pada saat sungkeman. “Penggunaan bahasa Jawa kromo inggil sekarang buat orang tua saat lagi sungkeman. 

Nah, ini awalnya ‘kan cuman boleh buat raja di lingkungan keraton, tapi sekarang digunakan oleh banyak masyarakat biasa karena zaman dulu, raja mau budaya ini gak cuman diterapin di lingkungan keraton aja, tapi buat semua orang Jawa yang bukan keraton. Oleh karena itu, saat ini tradisi sungkeman udah jadi budaya orang Jawa setiap lebaran.” jelas Wo Mamo.

Sumber: Dokumen pribadi
Sumber: Dokumen pribadi

Sama seperti orang-orang pada umumnya, Wo Mamo selalu antusias dalam menyambut lebaran hari raya Idulfitri. Selain karena bisa bertemu dengan saudara yang sudah jarang bertemu, menyantap hidangan lebaran khas Jawa bersama keluarga, berbagi cerita kehidupan terbaru, dan tradisi sungkeman yang masih dipelihara oleh keluarga Wo Mamo menjadi salah satu alasan mengapa Wo Mamo antusias merayakan hari raya Idulfitri. 

“Saya setuju sekali tradisi sungkeman ini dipelihara dan diteruskan ke anak dan cucu. Meskipun saat ini keluarga gak pake sungkeman zaman dulu dan gak pake Jawa kromo inggil,  setidaknya tradisi sungkeman ini masih ada dan digunakan”.

Tradisi Sakral Bagi yang Pertama Kali Melakukan

Tidak hanya keluarga Wo Mamo saja yang masih merawat tradisi sungkeman pada saat lebaran, Novita Ramadhanita (21) wanita yang tinggal di Bandung dan memiliki darah Jawa ini masih menggunakan tradisi sungkeman setiap perayaan Idulfitri saat berkunjung ke rumah eyangnya di Jawa Tengah. 

Meskipun Novita lahir dan besar di Bandung, keluarganya masih menerapkan budaya Jawa, salah satunya tradisi sungkeman menggunakan bahasa Jawa kromo inggil. “Karena di wilayah rumah nenek aku (di Jateng) itu masih satu lingkungan sama keluarga di marga besar yang sama, jadi tradisi sungkeman ini terus menerus dilakukan setiap tahun dan udah saklek akan terus dilakukan. 

Cara orang tua ngajarin dan ngenalin tradisi ini ke aku itu dari kecil aku selalu melihat orang tua sungkeman jadi udah gak asing sama sungkeman tiap beres salat id. 

Nah, tahun ini aku pertama kali ikut sungkeman diajak mama buat sungkeman dan aku juga emang mau karena merasa sudah dewasa.” jelas Novita saat menceritakan tradisi sungkeman di keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun