Mohon tunggu...
kalam ikhsani
kalam ikhsani Mohon Tunggu... Freelancer - kalam ikhsani

hanya pelajar yang baru minat nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Jarak Jauh: Matinya Literasi Kritis dan Dialogis dalam Era PJJ

10 Januari 2021   09:45 Diperbarui: 10 Januari 2021   09:58 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peserta didik lainya merasa bahwa pembelajaran sebelum pandemic lebih mudah karena memudahkan mereka dalam diskusi karena di dalam pembelajaran jarak jauh mereka hanya memiliki keluarga itupun jika keluarganya mampu memahami tugas – tugas mereka. guru juga seharusnya berperan dalam membangun diskusi dan literasi dalam kelas dimana ada proses dialogis antara guru dan murid yang menciptakan budaya literasi kritis dalam kelas.

Pembelajaran jarak jauh digambarkan seperti tugas diberikan serta merta kepada anak didik dimana peserta didik mencari bahan ajarnya sendiri – sendiri dan tiada proses dialog secara real time antara guru dan peserta didik selama PJJ. 

Menurut Mclaren (1993:49) Pendidikan adalah suatu bentuk praktek yang melibatkan Implikasi dari pengalaman, bahasa, dan kekuasaan. pendidikan kritis menyediakan kondisi bagi individu untuk menguasai bahasa akan memungkinkan mereka untuk merefleksikan dan membentuk pengalaman mereka sendiri. 

Pengalaman literasi kritis dibentuk dari pengalaman dialogi berupa Bahasa, kata – kata,symbol atau gestur yang biasanya kita lakukan dalam kelas. Kegiatan tersebut seakan sirna karena umumnya kegiatan PJJ dilakukan secara dikotomis antara guru dan murid dimana murid dianggap sebagai “bejana kosong” dan tiada proses dialogis diantara keduanya

Praktik literasi kritis bisa dibangun melalui bentuk dialogisme yang ditawarkan Paulo Freire. Menurut Freire (2008:81-82) Dialogisme dalam pedagogi Freire tidak bersifat sepihak tetapi bersifat timbal balik dan dialogis dan memiliki fungsi negosiasi kekuasaan dalam arti bahwa lawan bicara (guru dan siswa) diubah dalam setiap pertukaran dialog dimana hal tersebut didasari oleh cinta,kerendahan hati dan keyakinan penuh. Hal tersebut yang hanya bisa ditunjukan secara langsung dengan dialog dimana hanya dialog yang mampu menuntut atau memancing pemikiran kritis peserta didik. 

Dengan proses dialog, sebuah pengetahuan dapat berjalan secara dua arah, dan menjadikan kedua belah pihak sebagai subjek yang mengidentifkkasi realita dimana hal tersebut minim terjadi dalam pembelajaran jarak jauh.

Freire menjelaskan dalam proses dialogisme untuk mencapai literasi kritis dalam bab ketiga dalam buku “Pedagogy of the Oppressed” dimana ia menceritakan proses dialogisnya untuk menyadarkan kaum tertindas dimana masyarakat tersebut masih bersifat naif,berfikiran magis dan fanatic. 

Maka itu ia menawarkan beberapa metodenya dalam melaawan proses antidialogik yang berupa budaya membisu dalam pendidikan gaya bank yang dapat mematikan daya kritis. Yaitu dengan menstimulasikan melalui metode aktif antara guru dan murid dimana stimulasi tersebut berawal dari Bahasa dan dialogis. 

Menurut Freire (2008:78) dialog merupakan metode epistemic dalam pendidikan literasi kritis dan dialog digambarkan merupakan suatu aktivitas yang hakiki dari manusia dalam rangka menamai dunia melalui kata-kata yang dilahirkan secara praksis (refleksi-aksi). Bahasa tersebut dibangun pengalaman itu peserta didik itu sendiri dan Bahasa membentuk bagaimana peserta didik melihat dan bertindak secara kritis di dunia menurut Pormoska (1993:61).

            Konklusi dari generasi pembelajaran jarak jauh

Pembelajaran jarak jauh mengharuskan peserta didik belajar dari rumah dan minim sekali kegiatan yang akan menunjang pendidikan yang menunjang pedagogi dan literasi kritis dimasa pandemic dikarenakan kurang atau tidak adanya kegiatan dialogis baik diantara guru dan peserta didik dimana yang ada hanya ada “budaya membisu” yang ditandai dengan off camera atau off mic dalam diskusi kelas saat pembelajaran daring ataupun ditandai dengan minimnya interaksi antara guru – murid ataupun murid – murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun