9 Summer 10 Autumns
(Dari Kota Apel Ke The Big Appel)
[caption caption="Dari Kota Apel ke The Big Apple"][/caption]
Judul : 9 Summer 10 Autumns "Dari Kota Apel Ke The Big Apple"
Pengarang : Iwan Setyawan
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Tahun Terbit : 2011
Tebal Buku :224 Halaman
Harga : Rp. 49.000,00
1. Pendahuluan
Iwan setyawan lahir di Batu, 2 Desember 1974. Lulusan terbaik fakultas MIPA IPB 1997 dari jurusan Statistika ini berkerja selama tiga tahun di Jakarta sebagai data analisis di Nielsen dan Danareksa Research Institute. Ia selanjutnya merambah karier di New York City selama 10 tahun. Pencinta yoga, sastra, dan seni teater ini meninggalkan NYC juni 2010 dengan posisi terakhir sebagai Director, Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York. 9 Summer 10 Autumns adalah nober pertama yang terinspirasi dari perjalanan hidupnya sebagai anak seorang sopir di Kota Batu ke New York City. Buku pertamanya Melankoli Kota Batu berupa kumpulan fotografi dan narasi puitis, didekasikan untuk Kota Batu. Iwan saat ini tinggal di Batu, Jawa Timur, Indonesia.
Buku ini menceritakan tentang otobiografi Iwan Setyawan. Dalam buku menkisahkan bahwa Iwan bercerita tentang diriya kepada anak kecil yang berseragam puti merah yang dia lihat saat dia di rampok dan bagaimana ia berjuang untuk menggapai mimpinya dan benar-benar menginspirasi. Cara si penulis menggambarkan para tokoh sangat jelas-jelas bukan hanya itu saja tetapi iwan setyawan becerita dengan anak kecil yang sangat menarik dan lucu. Novel ini memberikan sesuatu yang segar baik dalam bahasa yang digunakan yang setiap katanya memiliki makna yang mendalam, lugas dan terlihat tidak bertele-tele. Dengan alur maju mundur membuat yang ingin membaca ingin terus membaca hingga akhir karena di akhir cerita ini tidak mudah untuk dibaca. Buku ini memberikan gambaran dan bukti bahwa ketika kita memiliki mimpi dan berjuang maka kita akan sukses walaupun kita bukan berasal dari kalangan atas (kaya) atau pun dari latar belakang sosial apapun tidak menghalangi kita untuk menggapai mimpi. Buku ini menginspirasi kita untuk tidak menyerah akan mimpi kita walaupun kita berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan.
Bagian kisah lain yang membuat saya menarik adalah kisah sedih dan kesepian yang dirasakan Iwan saat di New York. Tetapi saya juga menemukan kisah yang menyenangkan dan gembira dimana saat Iwan kembali ke Indonesia dan dapat berkumpul kembali bersama seluruh keluarganya. Tetapi semakin kita membaca kebelakang kita akan merasakan kesedihan dan semangat lagi dari Iwan. Benar –benar kisah yang membuat saya menjadi penasaran.
Cerita yang disajikan oleh penulis benar-benar tidak membosankan malah membuat penasaran. Menceritakan bagaimana dia lahir dari bapak yang hanya seorang sopir angkot dan hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP. Sementara ibunya tidak bisa menyelesaikan sekolah di SD dan merupakan cermin kesederhanaan yang sempurna. Ke empat saudaranya adalah empat pilar kokoh. Ditengah kesulitan, mereka hanya bisa bermain dengan buku pelajaran dan mencari tambahan uang dengan berjualan pada saat puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah atau membuat tetangga berdagang dipasar sayur,. Dan pendidikanlah yang menghambat mereka menuju jalan keluar dari penderitaan. Tetapi cinta keluargalah yang akhirnya menyelamatkan semua.
Tetapi dari semua hal yang menginspirasi itu terdapat kekurangan didalamnya yaitu penggunaan bahasa asing seperti Bahasa Inggris yang tidak disisipi terjemahan Bahasa Indonesianya membuat pembaca yang kurang mengerti bahasa inggris menjadi bingung. Detail tulisan Iwan Setyawan menurut saya bagus. Ia menulis dengan begitu detail. Nama taman, Stasiun di New York. Bagaimana ia melukiskan keadaan dan sebagainya. Menurut saya, cerita buku ini sangatlah privat dan Iwan menguangkapkannya. Tak masalah ia menciptakan Tokoh rekaan, seorang anak kecil yang berpakain SD merah-putih sebagai tempat ia bercerita. Kutipan-kuipan penulis Rusia, Doestoevsky menurut saya terlalu banyak dan sangat mengganggu.
Tubuh/isi
- Sinopsis
Hari pertama Iwan tiba di New York disambut oleh dua preman yang menodongnya di Stasiun Fleetwood saat hendak melihat pesta kembang api petama kalinya di New York. Saat itu juga, ia melihat seorang anak kecil berbaju merah putih melewatinya dan bersembunyi. Anak kecil itu pun mengikutinya pulang setelah dua preman tadi kabur karena ada seseorag yang datang berteriak. Anak kecil ini kemudian akan terus menemani iwan setiap hari.
Iwan hanyalah anak dari keluarga miskin di Batu, Malang, Jawa Timur. Keluarganya terdiri dari ibu, bapak, iwan dan 4 saudara permpuannya, yaitu Mba Isa, Mba Inan, Rini, dan Mira. Bapaknya hanyalah seorang supir angkut dan truk di Batu. Berkat bapaknya lah, iwan beserta keluarganya dapat menyelesaikan sekolah hingga ke jenjang Universitas. Bapak yang awalnya memiliki sebuah mobil angkot, rela menjualnya untuk membayar biaya kuliah iwan di IPB.
Tentu saja yang paling besar adalah jasa sang Ibu. Ibu Ngatinah yang membangun ide untuk menabung, mengingatkan kami kalau perlu ke dokter, kalau mobil bisa rusak sewaktu-waktu, kalau kami butuh makanan bergizi. Ibulah yang mengatur berapa liter nasi yang harus di masak tanpa tersisa keesokan harinya, kapan kami harus makan daging, ayam atau tempe. Ibu yang tahu barang apa harus digadaikan untuk membeli sepatu baru unuk ananknya dan mengatur pembayaran uang sekolah kami. Ibulah yang membelah satu telur dadaruntuk dua atau tiga orang anaknya. Ibu lah yang selalu menyembunyikan tempe goring supaya tidak dihabiskan salah satu anaknya. Kesederhanaan dan kebijakan Ibu yang menyelamatkan dan membangun rumah kecil mereka.
Mba Inan, kakak perempuan kedua Iwan mengajarkan iwan dan adik-adiknya untuk menjaga kebersihan dan yang membuat iwan tertarik dengan dunia teater di SMA. Mba Inan adalah seorang yang aktif. Sejak kecil ,mba Inan rajin bekerja untuk membantu meringankan perekonomian Bapak dan Ibu dengan berjualan makanan saat bulan puasa maupun menjajakannya dipasar. Di seklah pun Mba Inan selalu mengikuti berbagai lomba, dari yang cerdas cermat hingga membaca puisi. Mba Inan yang rajin mengaji ini saat SMA aktif di OSIS dan mengikuti kegiatan teater. Saat kuliah di jurusan Perikanan Universitas Brawijaya mba inan pun ikut serta dalam lomba debat P4 dan memenangkan hingga ke tingkat Nasional dengan memberi kebanggan serta keringanan kepada orang tua mereka dalam membayar kuliahnya. Begitu pula dengan Rini dan mira yang menjadi penyemangat Iwan dalam belajar dan menjalani hidup, memenuhi impiannya, yaitu memiliki sebuah kamar sendiri.
Saat SMA, Iwan membuka diri untuk mencoba hal baru, yaitu teater dan puisi yang selanjutnya menjadi salah satu kesukaannya. Ia mudah bergaul dengan banyak orang, dan bekerja menambah penghasilan melalui privat seperti yang dilakukan mba Rini. Ia pun terus berusaha agar bisa tembus PMDK IPB jurusan Statistika, yang dikatakan jurusan ii sangat sulit untuk anak dari desa. Iwan membuktikan bahwa hal tersebut salah bahwa dengan kerja keras akan melepaskan ketakutan akan hasil yang didapat, kita mampu melewati hal tersulit seperti masuk jurusan Statistika di IPB. Begitu pula dengan nasihat Ibu yang tidak pernak dilupakan Iwan “Coba dulu, belajar yang rajin, jangan takut”
Di SMA pula, ia mengenal Nicolas Auclair, seorang pelajar kanada yang mengikuti program pertukaran antar pelajar ke sekolahnya. Iwan mulai belajar bahasa inggris dari Nico dan berteman dengan Nico. Awalnya banyak teman-teman iwan tidak mendekati Nico karena ia seorang bule, tetapi iwan-lah yang mengajak Nico belajar dan bermain bersama dibawah Gunung Panderman.
Keinginan iwan saat melintasi Jalan Sudirman adalah menjadi “pegawai berdasi” terwujudnya juga karena dukungan Ibu, Bapak dan saudara-saudaranya. Begitu pula dengan keputusannyamenerima pekerjaan di New York, yang membawanya menjadi seorang Direktur Internal Client Management di Nielsen Cunsumer Research, New York salah satu keinginan untuk melihat dunia luar seperti kak Inan yang pernah ke Jepang. Ia berhasil memiliki sebuah kamar untuknya, yaitu sebuah apartemen setelah ia bekerja selama 10 tahun di New York.
Kisah cinta Iwan pun tidak berakhir bahagia. Pertama kalinya ia jatuh cinta pada seorang wanita Amerika bernama Audrey, yang memiliki hobi yang sama dengannya yaitu yoga. Mereka bertemu di kelas yoga yang sama, dan saat itu mereka hanya saling bertatapan. Kemudian, sebuah keajaiban, mereka bertemu di Barneys, sebuah apartemen departemen store di New York, dan iwan pun memberanikan diri untuk menyapanya dan memberikan kartu namanya. Perkenalan mereka hanya singkat, dan hubungan mereka diakhiri oleh pertanyaaan dari orang tua Audrey bahwa mereka berbeda keyakinan. Dimusim gugur ke-9, Audrey menikah dan mereka masih berteman dengan baik.
- Keunggulan
Pertama kali yang menjadi kelebihan dari novel ini adalah cover dan sinopsis bagian belakang buku ini. Penampilan cover yang sederhana dan sub judul “Kisah anak sopir angkot dari kota Batu yang menjadi direktur di New York City” membuat orang penasaran ingin membacanya bagian novel, saya terkesan dengan kemampuan mengolah percakapan yang dilakukan oleh penulis, Iwan Setyawan. Iwan setyawan begitu cerdik karena membuat tokoj khayalan, yaitu anak kecil berseragam merah putih sebagai lawan bicaranya untuk membuat dialog agar cerita tidak terasa monoton dan bisa langsung tersambung ke bagian masa lalui yang ia ingin ceritakan.
Pilihan kata yang apik juga membuat pembaca terbuai dengan novel ini sehingga pembaca ingin mengetahui ada apa di cerita selanjutnya. Penyisipan quote-quote dari favorit si penulis sendiri juga menarik. Novel ini menggunakan gaya bahasa yang indah bagai puisi, namun muda diapahami tanpa kesan bertele-tele. Penuuran yang simple, cukup lugas dan jujur, serta dengan representasi yang menarik membuat novel ini lebih mudah diterima pembaca, sehingga melahirkan kesan positif yang mendalam di hati pembaca. Didalam novel ini juga terdapat banyak pesan tersirat bahwa keluargalah yang akan selalu mendukung apapun keputusan kita dalam keadaan sulit apapun. Bahwa bersama keluarga, kita bisa mengarungi samudera seluas apapun, seperti yang dilakukan Iwan yang ditawari bekerja di luar negeri dank arena dukungan dari keluarganya, ia berani menerima tantangan iu dan menjadi sukses karenanya.
- Kelemahan
Dalam novel ini juga terdapat beberapa kekurangan. Penggunaan bahasa asing seperti bahasa Inggris yang tidak disisipi terjemahan bahasa Indonesianya membuat pembaca yang kurang mengerti bahasa inggris menjadi bingung. Alur yang digunakan yaitu alur maju mundur yang diaplikasikan di setiap bab membuat pembaca menjadi bosan. Mudah ditebak mau dibawa kemana ceritanya. Dari awal bercerita tentang dirinya, Bapak, Ibu, Saudari-saudarinya, dan tentunya seperti biografi singkat Iwan Setyawan dalam bentuk fiksi. Serta kita dibuat berekspektasi bahwa buku ini dapat memompa semnagat seorang anak dari keluarga kurang mampu untuk mengejar cita-citanya. Namun, justru buku ini hanya menceritakan pengalaman hidup iwan, si penulis dari kecil hingga ia mendapatkan posisi sebagai Direktur Internal Client Management di Nielsen Consumer Research, New York.
- Rumusan Kerangka Buku
- Bab 1 “Hampir Pulang, Selamanya”
Hari pertama Iwan tiba di New York disambut oleh dua preman yang menodongnya di Stasiun Fleetwood saat hendak melihat pesta kembang api petama kalinya di New York.
- Bab 2 “ Rumah Kecil Tak Berumput”
Saat itu ia melihat seorang anak kecil yang berpakaian merah putih melawatinya dan bersembunyi. Anak kecil itu pun mengikutinya pulanga setelah preman itu tadi kabur karena ada seseorang yang datang berteriak. Anak kecil ini kemudian akan terus menemani Iwan setiap hari.
- Bab 3 “ Rumah Besar Kami”
Iwan menceritakan rumah besarnya yang ada di New York, ia menemukan tempat yang paling nyaman, sebuah studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan.
- Bab 4 “ Taman Kecil”
Iwan bertemu dengan temannya di depan Dean and Delluca SoHo dan menikmati udara pagi di sela-sela gedung-gedung tua di West Village. Dan setelah hamper lama iwan berjalan akhirnya iwan duduk di salah satu sudut Washington Square Park dan bercerita tentang rumah kecilnya yang berada di Batu, Malang.
- Bab 5 “Tetesan Air Hujan”
Pagi itu, Iwan ditemani bocah kecil dan berjalan menuju kantor yang terletak di persimpangan antara 8th Street and Broadway. Dan Iwan mengingat perjalanan ini seperti perjalanan dari Gang Buntu ke SDN Ngaglik 1 Batu.
- Bab 6 “ Asap Jalanan”
Iwan bertemu dengan anak kecil kembali, dan ia bercerita dengan Iwan Bahwa Ia rindu dengan orang tuanya.
- Bab 7 “Anak-Anak Di Kaki Gunung Panderman
Iwan bertemu dengan dua sahabatnya di depan Studio Jivamukti Yoga di daerah Union Square. Dan Iwan bercerita tentang orang tuanya kepada sahabatnya walaupun cerita ini muram untuknya.
- Bab 8 “Pembuka Jalan “
Iwan menceritakan entang keluarganya, yang dimulai dari kakak pertamanya yaitu Siti Aisyah, Mba Isa.
- Bab 9 “ Kekuatan Rohani”
Iwan berada di Times Square ia bertemu dengan teman perempuannya. Temannya tersebut memberikan hadiah untuk iwan yang berisi puisi yang berjudul “Hampa”.
- Bab 10 “ Teman Setia”
Sudah beberapa hari ia tak melihat bocah kecil itu, ia mengkhawatirkan kesehatan anak kecil itu.
- Bab 11 “Yang Terindah”
Iwan menceritakan tentang kehadiran Mira sebagai sebuah kado, sebuah bonek untu mereka. Tentang keunikan mira berada dirumah.
- Bab 12 “ Kelahiran Seorang Lelaki”
Setelah mengikuti Yoga jam 4 sore, ia menyempatkan membaca Crime and Punishment, membaca merupakan kegemaran baru setelah ia bertemu dengan dua sahabatnya yang memperkenalkan keindahan literature.
- Bab 13 “ Lelaki, Sendiri”
Ia menceritakan masa-masa SMP, yang ia merasa semakin dekat dengan tantangan, bahwa seorang lelaki, apalagi anak laki-laki satu-satunya harus bisa mandiri dan kelas bisa membantu mencari nafkah keluarga.
- Bab 14 “Perahu Kecil Dan Seorang Nahkoda”
Ia menceritakan masa-masa SMA, dan pada saat itu lah ia mengikuti ekstrakurikuler teater. Dan ada beberapa pementasan yang ia sering ikuti.
- Bab 15 “ AN ILL WIND THAT CARRIES”
Saat iwan sedang dengan kerinduan akan rumah kecilnya, ada seseorang datang tak terduga. Ia adalah Audrey, ia bukan orang Indonesia, ia dibesarkan di Connecticut dan ia bekerja di salah satu accounting and consulting firm ternama di dunia.
- Bab 16 “ Menjelang Senja“
Setelah ia memasuki SMA ia mulai membuka diri. Dan ia masuk kebeberapa grup pertemanan yang ada disekolahnya.
- Bab 17 “Nicholas Auclair”
Nicholas Auclair ini adalah teman iwan saat SMA yang berasal dari kanada, dan ia merupakan siswa pertukaran pelajar.
- Bab 18 “ Kampus Hijau”
Pada bab ini Iwan menceritakan hal dari saat ia lulus SMA sampai ia lolos PMDK di IPB, dan ia menceritakan pertemanan dengan Mas Imam adalah teman kosnya.
- Bab 19 “Sepanjang Sungai Ciliwung”
Ia menceritakan perjuangannya untuk meninggalkan kota Batu untuk pindah ke Bogor menjadi mahasiswa IPB. Dan ia berhasil menyelesaikan TPB dengan IP memuaskan, 3,3.
- Bab 20 “ Diakhir Sujud”
Malam itu iwan bertemu dengan temannya di Meat Packing District untuk makan malam.
- Bab 21 ” Kepada Yang Tercinta”
Memasuki tingkat kedua, iwan tak bisa membayar uang kuliah dan kos, bersamaan denga mba Inan yang harus bayar uang kuliahnya juga. Karena tidak ada jalan keluar akhirnya orang tua Iwan meminjam uang kepada ke saudaranya yang bekerja sebagai pedang sayur di daerah pulomas, Jakarta.
- Bab 22” Malam, Sebelum 2 Desember”
Hari special buat Iwan karena ia ulang tahun dan dirayakan bersama teman-temannya di studio jivamukti.
- Bab 23 “ Sepanjang jalan sudirman”
Pada akhir pecan iwan biasanya menghabiskan pekannya dengan berjalan-jalan di sepanjang Soho, Tribeca sampai Wall Street.
- Bab 24 “ Perjalanan Empat Kota”
Setelah berkeliling di beberapa kota di Italia, akhirnya ia memutuskan untuk berlibur berdua di Venesia bersama teman perempuannya.
- Bab 25 “ Jalan Baru”
Berliburan di Meksiko, Prancis, Jepang, Australia, dan Brazil.
- Bab 26 “ Dari Mas Agus ke Wisma Bank Dharmala”
Perjalanan iwan mencari pekerjaan di Nielsen, Jakarta sebagai data processing executive.
- Bab 27 “ This Is Not A Love Story”
Autumns lahir sebagai pertanda datangnya musim dingin. Pertanda datang malamnya lebih panjang, udara dingin yang menusuk tulang.
- Bab 28 “ Pendakian Pertama”
Surat pertama yang aku tulis lewat email buat ibu melalui Mira.
- Bab 29 “ Kebun Pala”
Mengenang waktu berdua untuk melihat pesta kembang api di promenade Brooklyn Heights salah satu tempat favorit di New York city.
- Bab 30”Dari Sepanjang Jalan Sudirman”
Iwan mempunyai teman dari New York City ia bekerja di Nielsen New York, dan iwan diberikan preject besar untuk diselesikan.
- Bab 31 “ Ati Is Looking For You”
Mba Nurati Sinaga adalah manager Mas Fidi di Departemen Customized, dialah yang memotivasi Iwan untuk bekerja lebih giat kembali.
- Bab 32” What? New York!”
Menceritakan saat Iwan akan di wawancarai oleh pihak Nielsen New York melalui telepon pada pagi hari waktu Indonesia. Dan Iwan meminta izin kepada orang tuanya dan keluarga bahwa iwan akan berangkat ke New York City.
- Bab 33 “ Musim Semi Pertama”
Perjalanan saat akan berangkat Ke New York hanya diantar oleh Bapak kos dan teman-teman kosnya.
- Bab 34 “ Westchester Avenue Dan Puncak Rinjani”
Iwan sudah sampai di Batu bersama teman perempuanya, dan ia mengajak temannya tersebut untuk mendaki ke gunung Rinjani.
- Bab 35 “ 9 Summer 10 Autumns”
Berisi surat dari Nielsen New York saat Iwan akan mengundurkan diri dari Nielsen New York.
- Bab 36 “ Kenangan Terdalam”
Mengenang kisah saat ia masih kecil pada saat di Batu.
- Kesalahan Kalimat
Pada halaman 6 terdapat kalimat sebagai berikut Sendirian di tengah ratusan orang yang lalu-lalang sepulang dari kantor menuju subway station atau kareta listrik Metro North. Kalimat ini salah karena tidak bersubyek. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut aku merasa sendirian ditengah ratusan orang yang lalu-lalang sepulang dari kantor menuju subway station atau kereta listrik Metro North.
Pada halaman 17 terdapat kalimat sebagai berikut. Mempunyai sebuah kamar tidur sendiri, dilantai dua. Kalimat ini salah karena tida subyek. Kalimat yang benar adlah sebagai berikut aku ngin mempunyai sebuah kamar tidur sendiri di lantai dua.
Pada halaman 24 terdapat kalimat sebagai berikut. Ketika berumur tujuh bulan dia yang harus pergi ke Malang yang diasuh oleh adik bapaknya. Kalimat ini salah karena ketidaklogisan predikat. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut ketika berumur tujuh bulan, dia harus diantar ke Malang untuk diasuh oleh adik bapaknya.
Pada halamn 107 terdapat kalimat sebagai berikut. Karena kesendirian yang dalam akan membunuh pada akhirnya. Kalimat ini salah karena tidak bersubjek. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. Karena kesendirian yang dalam perasaan itu akan membunuh, pada akhirnya.
Pada halaman 124 terdapat kalimat sebagai berikut. Duduk disalah satu sudut taman itu sekitar satu jam. Kalimat ini salah karena tidak subjek. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. Aku duduk disalah satu sudut taman ini sekitar satu jam.
- Penutup
Novel 9 Summer 10 Autumns ini bertemakan tentang perjalanan hidup sesorang yang disertai dengan usaha tanpa kenal putus asa. Seseorang yang tidak memiliki apa-apa melainkan hanya punya mimpi besar dan harapan hingga menjadi orang yag memiliki semuanya lewat dukungan serta doa orang tua. Novel ini syarat dengan kesan moral dan dapat memotivasi setiap orang. Kecintaan terhadap keluarga, tidak mau mengecewakan perjuangan orang tua, serta kemauan yang keras dapat merubah segalanya disertai restu orang tua dan memohon kepada Allah SWT. Kota batu sangat identik dengan pegunungannya. Kesejukan udara serta keasriannya membuat setiap orang yang tinggal disana begitu nyaman. Namun, karena aksesibilitas yang kurang baik maka daerah tersebut terbilang masih dalam keadaan berkembang. Kalimat yang ada didalam novel ini sudah begitu baik. Oleh karena itu, kesalahan kalimat yang ditemukan tidak terlalu banyak. Kesalahn kalimat didasarkan atas kekurangan pola kalimat oleh penulis dalam menyususn sebuah kalimat. Perbaikan kalimat dilakukan agar kalimat menjadi baku dan sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H