Pemahaman ini tentunya tidak benar, dan terasa hanya mengatanamakan nasionalisme untuk kepentingan tertentu.
Sebagai muslim saya bahagia dan bangga dengan identitas keislaman saya, dan sebagai anak bangsa tidak sedikitpun berkurang rasa nasionalisme saya.
*Saya Santri Saya Pancasilais*
Hidup dan besar dalam komunitas santri membuat saya semakin paham dengan dunia ini. Seorang santri tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Jangankan merasa sama, dalam ajaran santri bahkan diajarkan tentang tawadhu dengan sangat kuat; bahwa ketika bertemu siapapun yakinilah bahwa orang itu jauh lebih baik darimu.
Sejarah dan realitas telah membuktikan bahwa santri adalah seorang yang pancasilais dan nasionalis sejati dalam berbagai kriterianya.
Jika kriteria nasionalime itu adalah berjuang dengan harta dan jiwa untuk membebebaskan tanah air dari cengkraman imprealisme, maka santri selalu berada di garda terdepan perjuangan. Dalam buku Api Sejarah, Prof. Ahmad Mansur Suryanegara telah membahasa hal ini dengan panjang lebar.
Jika kriteria nasionalisme adalah cinta kepada tanah air, keberpihakan kepada kepentingan bangsa, maka santri sangat cinta kepada bangsanya dan menolak kolonialisme modern yang ingin menguasai dan mengambil alih kekayaan bangsa.
Jika kriteria nasionalisme adalah menjaga persatuan dan kesatuan, memperkuat ikatan antar warga, dan melangkah bersama untuk mencapai kepentingan bersama, maka santri adalah orang yang paling kuat rasa gotong royong dan kebersamaannya.
Cukuplah kehidupan pesantren dengan kebersamaan yang melekat dan beragam dari Sabang sampai Merauke menjadi sebuah tradisi kehidupan yang tak terpisahkan.
Dan jika kriteria nasionalime adalah peringatan hari kemerdekaan dan hari-hari besar nasional lainnya, maka tidak kurang kemeriahan kegiatan di pesantren dengan peringatan dari sekolah dan lembaga lain.
Misalnya di PPTQ Ibnu Abbas Klaten Jawa Tengah yang memperingati hari santri, tanggal 22 Oktober, tahun ini, dengan mengadakan Long March yang diikuti oleh 400 santri putra dan para guru sejauh 70 km, sambil terus mengibarkan sang saka merah putih selama perjalanan.