Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Santri, Saya Pancasila

24 Oktober 2017   16:16 Diperbarui: 24 Oktober 2017   16:21 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemahaman ini tentunya tidak benar, dan terasa hanya mengatanamakan nasionalisme untuk kepentingan tertentu.

Sebagai muslim saya bahagia dan bangga dengan identitas keislaman saya, dan sebagai anak bangsa tidak sedikitpun berkurang rasa nasionalisme saya.

*Saya Santri Saya Pancasilais*

Hidup dan besar dalam komunitas santri membuat saya semakin paham dengan dunia ini. Seorang santri tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Jangankan merasa sama, dalam ajaran santri bahkan diajarkan tentang tawadhu dengan sangat kuat; bahwa ketika bertemu siapapun yakinilah bahwa orang itu jauh lebih baik darimu.

Sejarah dan realitas telah membuktikan bahwa santri adalah seorang yang pancasilais dan nasionalis sejati dalam berbagai kriterianya.

Jika kriteria nasionalime itu adalah berjuang dengan harta dan jiwa untuk membebebaskan tanah air dari cengkraman imprealisme, maka santri selalu berada di garda terdepan perjuangan. Dalam buku Api Sejarah, Prof. Ahmad Mansur Suryanegara telah membahasa hal ini dengan panjang lebar.

Jika kriteria nasionalisme adalah cinta kepada tanah air, keberpihakan kepada kepentingan bangsa, maka santri sangat cinta kepada bangsanya dan menolak kolonialisme modern yang ingin menguasai dan mengambil alih kekayaan bangsa.

Jika kriteria nasionalisme adalah menjaga persatuan dan kesatuan, memperkuat ikatan antar warga, dan melangkah bersama untuk mencapai kepentingan bersama, maka santri adalah orang yang paling kuat rasa gotong royong dan kebersamaannya.

Cukuplah kehidupan pesantren dengan kebersamaan yang melekat dan beragam dari Sabang sampai Merauke menjadi sebuah tradisi kehidupan yang tak terpisahkan.

Dan jika kriteria nasionalime adalah peringatan hari kemerdekaan dan hari-hari besar nasional lainnya, maka tidak kurang kemeriahan kegiatan di pesantren dengan peringatan dari sekolah dan lembaga lain.

Misalnya di PPTQ Ibnu Abbas Klaten Jawa Tengah yang memperingati hari santri, tanggal 22 Oktober, tahun ini, dengan mengadakan Long March yang diikuti oleh 400 santri putra dan para guru sejauh 70 km, sambil terus mengibarkan sang saka merah putih selama perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun